Codingan ikan, bukanlah salah satu jenis codingan terbaru, juga bukan bahasa pemrograman terbaru, ya. Pada special guest kali ini, kami ingin memperkenalkan Bapak I Gede Sujana Eka Putra yang memfokuskan aktivitasnya di Masyarakat Dan Perikanan Indonesia (MDPI). Bagaimana kaitan antara codingan dan perikanan ya? MDPI bergerak di bidang apa ya? Yuk kita simak bersama, paparan beliau.
Bermula dari Catering sampai Manufacturing
Memiliki nama lengkap I Gede Sujana Eka Putra, kami memanggilnya Bapak Sujana, beliau merupakan penduduk asli Bali, saat ini berdomisili di Tuban, Bali. Beliau menyelesaikan jenjang sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November mengambil jurusan Teknik elektro. Ternyata beliau jauh-jauh merantau dari Bali ke Surabaya demi menuntut ilmu, keren ya Pak Sujana. Setelah lulus beliau masih betah di perantauan lho, hingga diterima bekerja di perusahaan yang memiliki joint venture dengan Korea.
Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri, senyaman apapun di Surabaya, ternyata beliau tetap pulang juga ke kampung halaman. Sepulangnya ke Bali, beliau bekerja selama kurang lebih 10 tahun, dan memutuskan untuk melanjutkan studi Magister disana. Pada saat di Bali, beliau pernah bekerja di sebuah hotel, di catering airport, dan juga pernah menjajal perusahaan manufacturing/ pengelolaan rempah-rempah di daerah Gianyar. Namun semua pekerjaan yang beliau jalani masih dalam koridor IT software development.
Tentang MDPI
Seperti yang telah disebutkan diatas, MDPI singkatan dari Masyarakat Dan Perikanan Indonesia, merupakan Yayasan NGO (Non Governmental Organization) yang didirikan pada Juli 2013, memiliki focus pada perikanan kecil dan bertanggungjawab pada pencapaian kegiatan perikanan yang berkelanjutan untuk konservasi sumber daya perikanan dan ekosistem Indonesia. Mendapatkan pendanaan dari USAID (United State Agency of International Development), MDPI bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat nelayan untuk penangkapan, pengolahan dan juga pemasaran ikan tuna.
Selain memonitor hal diatas, MDPI juga juga memberikan pengetahuan kepada nelayan kecil agar kehidupannya dapat lebih baik. Organisasi ini juga memiliki beberapa kualifikasi untuk nelayan yang ingin menjadi peserta, diantaranya; nelayan hanya memiliki perahu kecil, dan hanya menggunakan tali plastik untuk menangkap tuna. Nelayan yang menjadi peserta, akan didampingi/ditunggu oleh relawan area saat memancing. Bila sudah pulang memancing, hasil tangkapan akan didata, diukur dan dicatat. Pencatatan ini berisi nama nelayan yang menangkap, nomor perahu yang digunakan, berapa berat ikan, tanggal berapa ditangkap, dan dimana lokasi penangkapannya serta data pendukung lainnya. Dokumentasi tersebut dibutuhkan saat ikan akan diekspor ke luar negeri. Jangkauan area yang dipantau oleh MDPI antara lain daerah Indonesia Timur seperti Maluku, Ambon, Buru, Serang, Morotai, dan Ternate. Sementara daerah Sulawesi Tenggara seperti Manado, Bitung, Sangihe, Talaud dan Lombok.
Ternyata MDPI concern lebih ke ikan tuna saja nih, teman-teman. Focusnya ke ikan tuna yellow fin (atau yang memiliki sirip kuning), karena ikan tuna tipe blue fin (sirip biru) sudah punah/sangat langka. Nah supaya yellow fin tetap sustain, maka dibuatlah dokumentasi seperti yang sudah disebutkan diatas. Selain itu, ikan tuna ini juga sangat laku dipasaran loh teman-teman, tidak hanya dalam negeri, luar negeri juga banyak yang konsumsi, terutama di negara Amerika dan Jepang. Selain adanya dokumentasi saat ekspor, instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan koordinasi dengan masyarakat dunia dalam menjaga kelestarian ikan tuna, salah satunya yaitu adanya kuota maksimal yang tidak boleh dilewati oleh setiap negara yang mengekspor tuna.
Melangkah Bersama MDPI
Sebelum Pak Sujana bergabung bersama MDPI, organisasi ini sudah memiliki IT staff sebanyak 1 orang. Namun banyaknya pekerjaan yang dihandle, sehingga beliau overload, dan akhirnya Pak Sujana ikut bergabung untuk memperkuat posisi IT saat ini. Bidang IT merupakan salah satu hal vital bagi organisasi ini, karena dokumentasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan. Ditambah lagi, dengan adanya dokumentasi berbasis teknologi, yang diberi nama traceability, setiap ada permasalahan system, tentu tim IT yang akan berjibaku untuk mengurai permasalahannya. Dokumentasi ini juga dibutuhkan organisasi untuk pertemuan triwulan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, dalam rangka hearing terhadap data tangkapan nelayan dan kesulitan yang ditemui nelayan selama menangkap ikan.
Bergabungnya Pak Sujana, membuat beliau berusaha mencari jalan keluar dari masalah system dokumentasi. Beliau berpikir, mungkin akan lebih baik bila system ini dibuat sendiri dan dikembangkan sesuai kebutuhan organisasi, agar tidak lagi bergantung kepada vendor pembuat system. Saat ini kendala yang ada diantaranya, relawan yang bekerja di remote area dan jauh dari internet belum bisa input data realtime. Sehingga pencatatan dilakukan menggunakan device Android, pada saat berada di daerah yang menjangkau internet, relawan dapat mengirim data tersebut ke server.
Kiprah dalam Programming; Dari Web, Menuju Mobile Application
Sebagai lulusan tahun 2000, Pak Sujana sudah banyak kontribusinya dalam menghasilkan aplikasi programming untuk menunjang pekerjaan tempat instansinya bekerja. Diantara aplikasi tersebut, beliau pernah membuat aplikasi finance, inventory pergudangan, program untuk system produksi, system pengolahan ikan (dari rawa sampai pengiriman ke customer), system administrasi kantor seperti purchasing, fixed asset dan lainnya.
Menurut pengakuan beliau, saat ini hanya web dan desktop saja yang beliau tahu. Untuk seseorang yang sudah malang melintang dalam pembuatan aplikasi desktop, beliau sangat rendah hati ya teman-teman. Nah karena merasa belum banyak pengalaman dalam android, beliau rela berjauh-jauh dari Denpasar sampai ke Rumah Coding Depok, untuk belajar tentang Android. Tak tanggung-tanggung, android basic dan android intermediate, kedua kelas ini beliau ambil di Rumah Coding. Benar-benar memiliki niat yang kuat ya, teman-teman.
Untuk hal kompetisi, Pak Sujana dan tim tidak bisa dianggap enteng ternyata. Beliau baru saja mengikuti kompetisi IT khusus teknologi perikanan di Bangkok, dan meraih juara II. Hebat sekali Pak! Beliau juga menuturkan, beberapa negara turut berpartisipasi dalam ajang tersebut, diantaranya Amerika, Jepang, India, Cina dan beberapa negara lain. Beliau mengikuti kompetisi ini dengan tujuan untuk mengetahui teknologi terbaru bidang perikanan saat ini. Menurutnya, kontestan dari luar negeri sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI), lebih canggih daripada kita.
Meskipun materi AI sudah beliau peroleh saat studi Magister, namun kita masih jauh tertinggal, karena teman-teman luar negeri sudah kepada pengembangan AI, tutur beliau. Beliau bertekad untuk mengejar ketertinggalan tersebut, meski bisa belajar autodidak namun support dari manajemen juga dibutuhkan. Sayangnya, di Bali belum ada Lembaga kursus yang berikan training yang dibutuhkan, namun kalua perusahaan software ya memang banyak. Menurut opini beliau, ketertinggalannya kita dari kawan-kawan luar negeri, bukan karena kurangnya tenaga expert. Pastilah banyak tenaga expert programming, namun kita kurang adanya komunitas/perkumpulan sebagai sarana bertukar ide/membahas hal terkini mengenai teknologi.
Harapan yang Kelak Niscaya
Pak Sujana mengaku, memiliki harapan yang sangat banyak dan besar. Diantaranya, bila sudah menguasai android, ingin digunakan untuk membuat produk/solusi yang bisa digunakan oleh nelayan dan supplier/company agar bisa melakukan dokumentasi perikanan dengan efektif hanya dengan memaksimalkan device smartphone.
Teknologinya ini nanti, cukup nelayan foto saja hasil tangkapannya, nanti info dan datanya akan keluar secara otomatis, berupa QR Code. Saat supplier menerima hasil tangkapan tersebut, pun mendapat QR Code kembali untuk dokumentasi seperti info harga, berat ikan dan info pendukung lain. Saat penjualan, company akan mendapat QR Code juga. Sehingga semua dokumentasi dari nelayan sampai ke company hanya komunikasi device-to-device, tak bisa diedit/dikoreksi oleh user dan tanpa rekayasa.
Namun kesulitan saat ini, memang masih lagu lama, yaitu soal infrastruktur dan SDM yang kurang akrab dengan teknologi. Teknologi yang menjadi harapan beliau, kelak akan mengatasi masalah saat ini, dimana supplier malas menginput data dengan alasan repot karena banyaknya data yang perlu diinput. Padahal, bila semua komponen menginput data dengan baik, kita akan mudah menghasilkan data yang lengkap dan sesuai fakta.
Bagaimana teman-teman, seru ya pengalaman dan pelajaran yang beliau bagikan saat ini? Ternyata codingan dan bidang perikanan, bisa terkait ya seperti pengalaman Bapak Sujana. Dari beliau, kita belajar bahwa kita wajib menjaga lingkungan sekitar, jangan sampai tingkah laku kita mengakibatkan punahnya hewan/tumbuhan di negeri dan bumi tercinta ini. Jangan pernah merasa hebat dengan segala capaian kita, kita perlu belajar hal-hal baru untuk mendukung apa yang kita tekuni saat ini. Simak juga video testimoni beliau pada tautan berikut ini ya https://www.youtube.com/watch?v=Aur1nDfImQ0