8 Aplikasi Pertanian yang Bermanfaat Bagi Petani dan Konsumen

8 Aplikasi Pertanian yang Bermanfaat Bagi Petani dan Konsumen

Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti, pertanian/perkebunan merupakan salah satu mata pencahariaan terbanyak. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki beragam kekayaan alam yang melimpah. DItambah lagi dengan posisinya yang cukup strategis, memiliki beberapa gunung api, yang membuat kandungan tanahnya subur dan kaya akan mineral.

Sebagai negara agraris, Indonesia dapat menghasilkan berbagai komoditas pangan dan juga terkenal akan rempah-rempahnya. Indonesia pernah tercatat mengalami masa swasembada pangan pada era 1980-an. Tetapi, Indonesia kerap kali mengimpor pangan dari negara lain. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya persediaan terbatas/sesuai musim saja, harga yang bergejolak dan adanya permainan curang pada rantai distribusi.

Oleh sebab itu, kini mulai bermunculan aplikasi digital untuk membantu berbagai masalah yang ada pada bidang pertanian/perkebunan.

Eragano, menyediakan solusi dari hulu hingga hilir sector pertanian. Digagas oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan dan telah mendapatkan pendanaan dari East Venture pada Juli 2016. Solusi yang ditawarkan antara lain : penjualan perlengkapan pertanian dan juga pupuk, penjualan hasil panen, system pengelolaan sawah dan pinjaman bagi petani.

iGrow, merupakan platform investasi pertanian dan bisa dipantau secara online. Aplikasi yang digagas oleh Andreas Senjaya dan Jim Oklahoma, juga telah mendapatkan pendanaan tahap awal pada Juli 2016. iGrow menghubungkan investor, petani dan pembeli.

8Villages, merupakan perusahaan yang membuat aplikasi Petani dan RegoPantes. Aplikasi Petani ditujukan untuk para petani yang ingin konsultasi terkait tanaman kepada para pakar pertanian, dan memungkinkan petani untuk mengirim foto tanamannya. Aplikasi ini juga berfungsi sebagai forum online untuk berbagi informasi.

Sedangkan RegoPantes merupakan aplikasi yang memungkinkan petani untuk menjual hasil pertanian langsung kepada konsumen, sehingga mereka bisa mendapatkan harga yang layak dibanding menjual kepada distributor.

SayurBox, aplikasi yang menyediakan layanan pemesanan sayur organik segar yang baru dipanen. Dengan system PO (memesan sayuran sebelumnya), hingga saatnya tiba, tim SayurBox akan mengirimkan sayuran langsung kerumah konsumen. Namun layanan ini baru menjangkau daerah Jakarta dan Tangerang.

Simbah, aplikasi yang menyediakan forum untuk berbagi informasi/Tanya jawab perihal pertanian, juga dapat membantu petani untuk menjual hasil pertanian langsung ke konsumen.

Karsa, menyediakan informasi pertanian kepada petani, produsen pertanian dan juga pemerintah. Dengan aplikasi ini, petani dapat mengetahui cara menanam yang baik, pemerintah dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan petani, dan juga memantau harga komoditas di pasar.

Kecipir, sebelumnya bernama LOFMart namun karena merasa namanya kurang menjual, maka diubah menjadi Kecipir. Digagas oleh Tantyo Bangun, platform ini menyediakan penjualan sayur organic dan dapat melayani konsumen untuk wilayah Jabodetabek.

Referensi :

  1. Iwan Supriyatna. Kompas. Negara Agraris, Mengapa Harga Pangan di Indonesia Bergejolak?
  2. Aditya Hadi Pratama. [Update] Kumpulan Startup dan Aplikasi Pertanian di Indonesia.
7 Manfaat Coding Bagi Anak-Anak

7 Manfaat Coding Bagi Anak-Anak

Bagi sebagian orang tua coding merupakan hal yang asing terdengar, namun tidak bagi anak-anak milenial. Perkembangan teknologi digital menjadi hal yang wajib diketahui bila tidak ingin tertinggal zaman. Pada era industri 4.0, coding tidak hanya dipelajari oleh orang yang bekerja pada bidang IT, siapapun bisa mempelajarinya.

Tingginya minat masyarakat mengenai coding, seiring dengan menjamurnya lembaga yang menyediakan kelas coding. Materi-materi coding saat ini juga sudah banyak yang menyasar untuk anak-anak, dari SD bahkan SMA/SMK. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan coding? Coding merupakan proses mengolah kode menggunakan bahasa pemrograman, diawali dengan menulis, memperbaiki hingga memeliharanya.

Coding merupakan kegiatan yang membutuhkan pemahaman logika, bagaimana bisa mengajarkannya pada anak-anak? Tentu materi coding anak jauh lebih mudah dibanding coding untuk orang dewasa, karena prinsipnya adalah mengenalkan dan membiasakan anak-anak dengan software pemrograman, contohnya Scratch ataupun MIT App Inventor. Coding bagi anak-anak ternyata memiliki banyak manfaat, diantaranya :

  1. Computational thingking

Merupakan kemampuan berpikir yang terstruktur dan logis. Saat belajar coding, anak dapat belajar memahami konsep logaritma sederhana dan memecahkan masalah, sehingga kemampuannya akan berkembang.

2. Meningkatkan kreativitas

Dalam belajar coding, kreativitas anak dapat meningkat dengan baik. Banyaknya variasi seperti memunculkan gambar, tulisan, suara dapat mendorong anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.

3. Produktif

Anak dapat menghasilkan suatru produk ciptaannya sendiri, ketika belajar coding. Contohnya dalam aplikasi scratch, anak sudah dapat membuat game sederhana hasil karyanya sendiri.

4. Softskill

Tidak dipungkiri, kemampuan coding merupakan nilai tambah bagi anak yang sudah mempelajarinya. Meski, bisa saja bahasa pemrograman yg dipelajari saat ini, beberapa tahun kemudian sudah tak lagi digunakan. Namun kemampuan dalam berpikir logis/ pengalaman menggunakan bahasa tertentu tetaplah bermanfaat sampai kapanpun. Prinsip berpikir logis inilah yang akan terus terpakai, meski bahasa pemrograman selalu memiliki versi terbarunya.

5. Problem solving

Anak yang mempelajari coding, secara otomatis terlatih untuk menemukan dan memecahkan masalah. Saat belajar coding, bila menemukan error, tentu anak perlu mencari tahu masalah dan jalan keluarnya agar kode tersebut tidak error.

6. Daya saing

Di era digital, apapun bidangnya, individu yang memiliki skill coding tentu daya saingnya lebih bagus, ketimbang yang tidak.

7. Fasih teknologi

Zaman sekarang, teknologi sangat akrab, bahkan tak mungkin terpisahkan dari kehidupan kita. Anak yang sudah mempelajari coding, setidaknya bisa fasih dan lebih akrab dengan teknologi.

Bagaimana readers, ternyata banyak ya manfaat yang bisa diperoleh jika anak-anak mulai dikenalkan untuk mempelajari coding. Saat ini sudah banyak silabus coding yang disesuaikan untuk anak-anak, sehingga tidak perlu khawatir anak akan kesulitan memahaminya. Karena pada dasarnya, materi coding anak lebih sederhana dan sifatnya hiburan (membuat game), seperti program yang ada di Rumah Coding.

Mau tahu, ada program apa saja untuk kelas coding anak di Rumah Coding? Readers bisa melihatnya dengan klik link berikut.  

Muhammad Afdhal : Zakat dan Programming

Muhammad Afdhal : Zakat dan Programming

Siapa yang tahu, apa hubungan zakat dengan programming? Saat ini, era perkembangan revolusi industri 4.0, segala hal dapat kita hubungkan dengan programming/teknologi informasi, tak terkecuali zakat. Pada kesempatan kali ini, spesial guest kita datang dari instansi Badan Amil Zakat Nasional. Yuk kita simak kisah beliau, bagaimana bisa sampai ke Rumah Coding.

Beliau merupakan kelahiran tahun 1978, memiliki nama lengkap Muhammad Afdhal, saat ini berdomisili di Bekasi dan bekerja di Jakarta Pusat. Beliau merupakan perantauan, meskipun merantau, beliau sudah tinggal disana sejak tahun 90.

Bahasa Sastra Dan Bahasa Pemrograman

Beliau memiliki latar belakang pendidikan dari Jurusan Bahasa dan Sastra dari Universitas Islam Negeri. Saat ini beliau bekerja di Badan Amil Zakat Nasional Pusat pada Divisi IT Bagian Pengembangan Aplikasi. Perjalanan karir beliau tidaklah mudah, setelah menyandang gelar Sarjana sampai menempati posisi sekarang, beliau membutuhkan waktu 16 tahun.

Perjuangan tersebut diwarnai dengan berbagai hal, diantaranya pernah mendapatkan pekerjaan diluar bidang yang beliau tekuni, pernah juga bekerja sesuai dengan bidangnya, namun karena satu dan lain hal, beliau memutuskan berhenti. Semuanya dilalui beliau dengan baik, dan beliau membuktikan bahwa bekerja diluar bidang dapat dilakukan jika kita mau bekerja keras. Beliau juga telah membuktikan bahwa mempelajari programming bisa lho, dilakukan oleh beliau yang merupakan lulusan bidang sastra dan bahasa.

Menemukan Rumah Coding

Sebelum memutuskan mengikuti kelas PHP CodeIgniter di Rumah Coding, beliau sudah pernah mendaftar di beberapa tempat pelatihan lain. Namun karena kendala teknis, seperti kelas akan dibuka bila minimal 6 peserta, maka beliau akhirnya mencari tempat lain dan menemukan Rumah Coding. Selain kuota peserta untuk memulai kelas hanya 3 orang, harga yang kompetitif juga menjadi salah satu alasan bagi beliau untuk memilih Rumah Coding.

Motivasi beliau dalam mengikuti kelas programming saat ini, yaitu untuk menunjang kebutuhan instansi tempat beliau bekerja. Hal ini karena, saat awal masuk di Baznas, beliau tidak ditempatkan di IT. Setelah setahun berjalan, beliau mendapatkan mutasi untuk bergabung dengan tim IT.

Untuk memperkuat teman-temannya dalam tim IT tersebut, beliau bertekad ingin belajar pemrograman dari dasar. Beliau juga beranggapan PHP CodeIgniter masih relevan digunakan saat ini. Pihak instansi mendukung keputusan beliau, sehingga beliau diizinkan untuk mengikuti training dimanapun pilihannya.

Harapan Agar Bermanfaat

Beliau berharap setelah mengikuti kursus ini, dapat mengimplementasikannya di kantor. Mengingat kebutuhan instansi dan keinginan beliau yang kuat dalam menguasai PHP CodeIgniter, karena saat ini kebutuhan web di Baznas menggunakan CodeIgniter sedangkan androidnya menggunakan Flutter. Beliau mengakui, sebagai seorang yang awam, sejauh ini dapat mengikuti kelas dan melakukan tugas yang diberikan trainer, sembari terus bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Mengikuti dunia IT sejak tahun 2011, beliau juga sudah pernah membuat berbagai aplikasi diantaranya pernah membuat studio website berbasis CMS, dan beberapa aplikasi toko online.

Hendra Kurniawan : Lulusan Ekonomi yang Jatuh Hati Pada IT

Hendra Kurniawan : Lulusan Ekonomi yang Jatuh Hati Pada IT

Bidang IT khususnya programming kian bertambah peminatnya, bukan hal baru lagi, bila yang berlatar Pendidikan disiplin ilmu lain, juga turut meramaikan dunia pemrograman. Bila dulu ada mba Aulia dari Komunikasi Bisnis, kini ada Pak Hendra Kurniawan dari Ekonomi yang merupakan special guest kita kali ini. Simak perjalanan beliau dari lulusan Ekonomi yang kini memilih menjadi Fullstack Programmer.

Bermula dari Ekonomi, Kini Konsultan IT

Memiliki nama lengkap Hendra Kurniawan, beliau merupakan Konsultan IT/Fullstack Programmer dengan segala kesibukannya saat ini. Beliau berdomisili di Cirendeu, Pondok Cabe, dan juga penduduk asli daerah tersebut. Beliau menamatkan pendidikan sarjananya pada awal tahun 1998 di Universitas Pancasila yang berlokasi di Jakarta Selatan.

Sempat menapaki karir di instansi perbankan selama 15 tahun, Pak Hendra memilih resign pada tahun 2012 dan menekuni programming. Meski memutuskan resign pada 2012, beliau sudah mulai mendalami programming pada tahun 2010 lho. Beliau hanya butuh waktu 2 tahun untuk mengambil keputusan dalam karirnya, demi minatnya pada dunia programming. Selama 7 tahun terjun di dunia programming, beliau sudah pernah membuat beberapa produk website dan database bagi perusahaan, biasanya berupa database operasional dan transaksional untuk kebutuhan perusahaan tersebut.

Meski sudah menjadi fullstack programmer, beliau masih terus belajar hal-hal baru dalam dunia programming saat ini. Contohnya saja, beliau saat ini mengambil kelas GoLang private di Rumah Coding. Ada yang udah tau apa itu GoLang? Ya, GoLang atau Go adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan Google pada 2009.

Belajar Itu Cari Jaringan, Bukan Sertifikasi

Awal beliau mengetahui Rumah Coding, diakuinya saat itu tengah mencari training android. Beliau mengakui, banyak sekali Lembaga yang menawarkan training programming, salah satunya Rumah Coding. Namun, karena Rumah Coding pernah membuat pengumuman tentang workshop GoLang, maka beliau berniat untuk mengambil kelas private GoLang.

Selain karena belum banyak yang menyediakan training serupa, tujuan beliau dalam training bukanlah mengejar selembar kertas bernama sertifikat, namun ingin mencari teman yang ‘setipe’ sebanyak-banyaknya. Beliau ingin membangun jaringan/mencari chanel pertemanan dari sesame programmer sebanyak-banyaknya. Jarang sekali ya, orang-orang seperti Pak Hendra ini, bahwa terpenting bagi beliau adalah membangun jaringan pertemanan sesama penyuka programming.

Dalam belajar programming, beliau memiliki motivasi yang sangat bagus. Salah satunya beliau meyakini, untuk menjadi programmer hebat, kita butuh latihan terus-menerus dan upayakan cari project. Karena dengan adanya project, kita jadi terpacu untuk bisa tepat waktu dalam mengejar deadline, kita juga dituntut untuk professional dihadapan klien kita. Adanya tekanan-tekanan seperti itu, membuat otak kita terdorong untuk bersemangat dan bekerja dengan sebaik-baiknya. Karena menjadi programmer hebat tak bisa hanya dengan sekedar baca materi.

Selain membagi cerita, Pak Hendra juga menyampaikan kritik dan saran bagi Rumah Coding lho, kritiknya adalah adanya pemecahan lagi dalam menentukan materi basic intermediate dan advanced. Menurut beliau materi basic sebaiknya yang benar-benar basic saja, memang nanti peserta akan dibebankan dengan biaya yang lebih banyak, tapi menurutnya itu worthed kok. Beliau juga berharap kedepannya materi training selalu diperbarui mengikuti perkembangan yang ada, karena dunia teknologi perkembangannya benar-benar sangat cepat, sehingga peminat juga pasti akan bertambah banyak.

Terima kasih atas kritik dan sarannya ya Pak, semoga dapat kami lakukan lebih baik ke depannya. Nah terakhir, beliau juga menyampaikan testimoni selama mengikuti kelas di Rumah Coding, diantaranya; materi yang diajarkan sesuai dengan silabus, tidak hitung-hitungan dengan waktu dan trainernya juga asyik. Demikian penuturan dari Pak Hendra Kurniawan, semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari apa yang beliau ceritakan ya.

I Gede Sujana Eka Putra : Codingan Ikan

I Gede Sujana Eka Putra : Codingan Ikan

Codingan ikan, bukanlah salah satu jenis codingan terbaru, juga bukan bahasa pemrograman terbaru, ya. Pada special guest kali ini, kami ingin memperkenalkan Bapak I Gede Sujana Eka Putra yang memfokuskan aktivitasnya di Masyarakat Dan Perikanan Indonesia (MDPI). Bagaimana kaitan antara codingan dan perikanan ya? MDPI bergerak di bidang apa ya? Yuk kita simak bersama, paparan beliau.

Bermula dari Catering sampai Manufacturing

Memiliki nama lengkap I Gede Sujana Eka Putra, kami memanggilnya Bapak Sujana, beliau merupakan penduduk asli Bali, saat ini berdomisili di Tuban, Bali. Beliau menyelesaikan jenjang sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November mengambil jurusan Teknik elektro. Ternyata beliau jauh-jauh merantau dari Bali ke Surabaya demi menuntut ilmu, keren ya Pak Sujana. Setelah lulus beliau masih betah di perantauan lho, hingga diterima bekerja di perusahaan yang memiliki joint venture dengan Korea.

Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri, senyaman apapun di Surabaya, ternyata beliau tetap pulang juga ke kampung halaman. Sepulangnya ke Bali, beliau bekerja selama kurang lebih 10 tahun, dan memutuskan untuk melanjutkan studi Magister disana. Pada saat di Bali, beliau pernah bekerja di sebuah hotel, di catering airport, dan juga pernah menjajal perusahaan manufacturing/ pengelolaan rempah-rempah di daerah Gianyar. Namun semua pekerjaan yang beliau jalani masih dalam koridor IT software development.

Tentang MDPI

Seperti yang telah disebutkan diatas, MDPI singkatan dari Masyarakat Dan Perikanan Indonesia, merupakan Yayasan NGO (Non Governmental Organization) yang didirikan pada Juli 2013, memiliki focus pada perikanan kecil dan bertanggungjawab pada pencapaian kegiatan perikanan yang berkelanjutan untuk konservasi sumber daya perikanan dan ekosistem Indonesia. Mendapatkan pendanaan dari USAID (United State Agency of International Development), MDPI bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat nelayan untuk penangkapan, pengolahan dan juga pemasaran ikan tuna.

Selain memonitor hal diatas, MDPI juga juga memberikan pengetahuan kepada nelayan kecil agar kehidupannya dapat lebih baik. Organisasi ini juga memiliki beberapa kualifikasi untuk nelayan yang ingin menjadi peserta, diantaranya; nelayan hanya memiliki perahu kecil, dan hanya menggunakan tali plastik untuk menangkap tuna. Nelayan yang menjadi peserta, akan didampingi/ditunggu oleh relawan area saat memancing. Bila sudah pulang memancing, hasil tangkapan akan didata, diukur dan dicatat. Pencatatan ini berisi nama nelayan yang menangkap, nomor perahu yang digunakan, berapa berat ikan, tanggal berapa ditangkap, dan dimana lokasi penangkapannya serta data pendukung lainnya. Dokumentasi tersebut dibutuhkan saat ikan akan diekspor ke luar negeri. Jangkauan area yang dipantau oleh MDPI antara lain daerah Indonesia Timur seperti Maluku, Ambon, Buru, Serang, Morotai, dan Ternate. Sementara daerah Sulawesi Tenggara seperti Manado, Bitung, Sangihe, Talaud dan Lombok.

Ternyata MDPI concern lebih ke ikan tuna saja nih, teman-teman. Focusnya ke ikan tuna yellow fin (atau yang memiliki sirip kuning), karena ikan tuna tipe blue fin (sirip biru) sudah punah/sangat langka. Nah supaya yellow fin tetap sustain, maka dibuatlah dokumentasi seperti yang sudah disebutkan diatas. Selain itu, ikan tuna ini juga sangat laku dipasaran loh teman-teman, tidak hanya dalam negeri, luar negeri juga banyak yang konsumsi, terutama di negara Amerika dan Jepang. Selain adanya dokumentasi saat ekspor, instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan koordinasi dengan masyarakat dunia dalam menjaga kelestarian ikan tuna, salah satunya yaitu adanya kuota maksimal yang tidak boleh dilewati oleh setiap negara yang mengekspor tuna.

Melangkah Bersama MDPI

Sebelum Pak Sujana bergabung bersama MDPI, organisasi ini sudah memiliki IT staff sebanyak 1 orang. Namun banyaknya pekerjaan yang dihandle, sehingga beliau overload, dan akhirnya Pak Sujana ikut bergabung untuk memperkuat posisi IT saat ini. Bidang IT merupakan salah satu hal vital bagi organisasi ini, karena dokumentasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan. Ditambah lagi, dengan adanya dokumentasi berbasis teknologi, yang diberi nama traceability, setiap ada permasalahan system, tentu tim IT yang akan berjibaku untuk mengurai permasalahannya. Dokumentasi ini juga dibutuhkan organisasi untuk pertemuan triwulan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, dalam rangka hearing terhadap data tangkapan nelayan dan kesulitan yang ditemui nelayan selama menangkap ikan.  

Bergabungnya Pak Sujana, membuat beliau berusaha mencari jalan keluar dari masalah system dokumentasi. Beliau berpikir, mungkin akan lebih baik bila system ini dibuat sendiri dan dikembangkan sesuai kebutuhan organisasi, agar tidak lagi bergantung kepada vendor pembuat system. Saat ini kendala yang ada diantaranya, relawan yang bekerja di remote area dan jauh dari internet belum bisa input data realtime. Sehingga pencatatan dilakukan menggunakan device Android, pada saat berada di daerah yang menjangkau internet, relawan dapat mengirim data tersebut ke server.

Kiprah dalam Programming; Dari Web, Menuju Mobile Application

Sebagai lulusan tahun 2000, Pak Sujana sudah banyak kontribusinya dalam menghasilkan aplikasi programming untuk menunjang pekerjaan tempat instansinya bekerja. Diantara aplikasi tersebut, beliau pernah membuat aplikasi finance, inventory pergudangan, program untuk system produksi, system pengolahan ikan (dari rawa sampai pengiriman ke customer), system administrasi kantor seperti purchasing, fixed asset dan lainnya.

Menurut pengakuan beliau, saat ini hanya web dan desktop saja yang beliau tahu. Untuk seseorang yang sudah malang melintang dalam pembuatan aplikasi desktop, beliau sangat rendah hati ya teman-teman. Nah karena merasa belum banyak pengalaman dalam android, beliau rela berjauh-jauh dari Denpasar sampai ke Rumah Coding Depok, untuk belajar tentang Android. Tak tanggung-tanggung, android basic dan android intermediate, kedua kelas ini beliau ambil di Rumah Coding. Benar-benar memiliki niat yang kuat ya, teman-teman.

Untuk hal kompetisi, Pak Sujana dan tim tidak bisa dianggap enteng ternyata. Beliau baru saja mengikuti kompetisi IT khusus teknologi perikanan di Bangkok, dan meraih juara II. Hebat sekali Pak! Beliau juga menuturkan, beberapa negara turut berpartisipasi dalam ajang tersebut, diantaranya Amerika, Jepang, India, Cina dan beberapa negara lain. Beliau mengikuti kompetisi ini dengan tujuan untuk mengetahui teknologi terbaru bidang perikanan saat ini. Menurutnya, kontestan dari luar negeri sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI), lebih canggih daripada kita.

Meskipun materi AI sudah beliau peroleh saat studi Magister, namun kita masih jauh tertinggal, karena teman-teman luar negeri sudah kepada pengembangan AI, tutur beliau. Beliau bertekad untuk mengejar ketertinggalan tersebut, meski bisa belajar autodidak namun support dari manajemen juga dibutuhkan. Sayangnya, di Bali belum ada Lembaga kursus yang berikan training yang dibutuhkan, namun kalua perusahaan software ya memang banyak. Menurut opini beliau, ketertinggalannya kita dari kawan-kawan luar negeri, bukan karena kurangnya tenaga expert. Pastilah banyak tenaga expert programming, namun kita kurang adanya komunitas/perkumpulan sebagai sarana bertukar ide/membahas hal terkini mengenai teknologi.

Harapan yang Kelak Niscaya

Pak Sujana mengaku, memiliki harapan yang sangat banyak dan besar. Diantaranya, bila sudah menguasai android, ingin digunakan untuk membuat produk/solusi yang bisa digunakan oleh nelayan dan supplier/company agar bisa melakukan dokumentasi perikanan dengan efektif hanya dengan memaksimalkan device smartphone.

Teknologinya ini nanti, cukup nelayan foto saja hasil tangkapannya, nanti info dan datanya akan keluar secara otomatis, berupa QR Code. Saat supplier menerima hasil tangkapan tersebut, pun mendapat QR Code kembali untuk dokumentasi seperti info harga, berat ikan dan info pendukung lain. Saat penjualan, company akan mendapat QR Code juga. Sehingga semua dokumentasi dari nelayan sampai ke company hanya komunikasi device-to-device, tak bisa diedit/dikoreksi oleh user dan tanpa rekayasa.

Namun kesulitan saat ini, memang masih lagu lama, yaitu soal infrastruktur dan SDM yang kurang akrab dengan teknologi. Teknologi yang menjadi harapan beliau, kelak akan mengatasi masalah saat ini, dimana supplier malas menginput data dengan alasan repot karena banyaknya data yang perlu diinput. Padahal, bila semua komponen menginput data dengan baik, kita akan mudah menghasilkan data yang lengkap dan sesuai fakta.

Bagaimana teman-teman, seru ya pengalaman dan pelajaran yang beliau bagikan saat ini? Ternyata codingan dan bidang perikanan, bisa terkait ya seperti pengalaman Bapak Sujana. Dari beliau, kita belajar bahwa kita wajib menjaga lingkungan sekitar, jangan sampai tingkah laku kita mengakibatkan punahnya hewan/tumbuhan di negeri dan bumi tercinta ini. Jangan pernah merasa hebat dengan segala capaian kita, kita perlu belajar hal-hal baru untuk mendukung apa yang kita tekuni saat ini. Simak juga video testimoni beliau pada tautan berikut ini ya https://www.youtube.com/watch?v=Aur1nDfImQ0

Hari Notje : Pengajar yang Gemar Belajar

Hari Notje : Pengajar yang Gemar Belajar

Pada kesempatan kali ini, Rumah Coding kedatangan peserta dari Cianjur. Jauh-jauh dari Cianjur, beliau ingin belajar tentang Android Basic ke Depok. Meski Cianjur dan Depok sama-sama terletak di Provinsi Jawa Barat, namun jarak tempuh yang harus dilalui sejauh ± 91 KM. Tetapi jarak yang panjang, tak menjadi penghalang beliau dalam meraih harapannya, yaitu ingin lebih baik lagi dalam mengajar coding kepada anak didiknya, betapa mulia harapan beliau. Yuk kita simak penuturannya.

Lulusan Teknik Elektro

Beliau bernama Hari Notje, Pria kelahiran tahun 75, saat ini sudah menginjak umur 44 tahun. Tinggal di Cianjur, tak heran bila saat ini bekerja di Cianjur pula, sebagai Guru. Beliau bukanlah tamatan sekolah keguruan/pendidikan, melainkan dari jurusan Teknik Elektro. Tahun 2002 beliau resmi menyandang gelar Sarjana Teknik dari salah satu Perguruan Tinggi. Meski tak mengenyam sekolah keguruan, cita-cita mulia beliau untuk menjadi seorang guru tetap terwujud.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Sebuah ungkapan mengatakan, Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, karena tak dipungkiri kita bisa membaca, menulis, bekerja dan meraih pencapaian hingga saat ini tak lain dan tak bukan karena salah satunya peran seorang guru. Maka wajib bagi kita semua untuk menghormati guru dimanapun mereka berada. Kesuksesan seorang murid merupakan suatu kebahagaiaan bagi gurunya, hal ini pula yang menjadi keinginan Pak Hari untuk terus belajar agar dapat mentransfer ilmunya kepada seluruh anak didik beliau. Kelak beliau berharap agar murid-muridnya dapat terus mengembangkan ilmu dan keahlian agar bisa meraih kesuksesan di masa mendatang.

Beliau berprofesi sebagai guru coding di salah satu sekolah di Cianjur. Kelas yang diajar oleh beliau beragam, dari mulai kelas 4 SD sampai dengan kelas 9 SMP. Beliau berkisah, salah satu materi ajarnya yaitu menggunakan aplikasi MIT APP Inventor. MIT APP Inventor sendiri, merupakan aplikasi web bersifat open source yang dibuat oleh Google, namun saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). MIT APP Inventor memungkinkan pengguna untuk membuat aplikasi berbasis android, dengan cara men-drag and drop objek visual seperti tampilan antarmuka pada program Scratch.

Dari penjelasan diatas, dengan MIT APP Inventor sudah bisa membuat aplikasi android. Wah kebayang ya, anak-anak didikan Pak Heri di sekolah pasti sudah jago nih menggunakan aplikasi tersebut, hebat ya. Motivasi beliau dalam mengikuti kelas Android Basic sangat sederhana nan mulia, yaitu ingin bisa mengajar lebih baik lagi bagi anak didiknya. Semoga keinginannya tercapai ya Pak, dan semoga anak didik Bapak, bisa mencontoh keteladanan Bapak kelak.

Nurmalis : Dari Bekasi hingga PHP CI

Nurmalis : Dari Bekasi hingga PHP CI

Siapa disini yang tahu tentang PHP CodeIgniter? Ya betul, CodeIgniter/CI merupakan aplikasi jaringan web yang bisa digunakan untuk membuat web yang dinamis dan sifatnya open-source lho. Inilah mengapa programmer web umumnya menggunakan CI dalam membangun sebuah web. Masih banyak lagi kelebihan CI lainnya, yaitu ringan dan cepat, dokumentasinya lengkap disertai implementasi kode. Bahkan pembuat PHP (Rasmus Lerdorf) menyukai CI, menurutnya CI lebih cepat, lebih ringan, dan tidak tampak seperti framework.

Mengapa CI

Bila pembuat PHP saja menyukai CI, maka tidak heran bila developer/programmer juga menggemarinya, salah satunya special guest kita kali ini, bernama Mba Nurmalis. Programmer wanita asal Bekasi ini, memilih untuk mempelajari PHP CI. Mengapa demikian? Karena Mba Nur sebagai lulusan TI tahun 1991, beliau tentu saja belum mengetahui CI saat berkuliah dulu. Hal ini karena CI pertama kali dikembangkan oleh Rick Ellis pada tahun 2006. Jeda waktu yang cukup jauh ya ternyata, namun ini bukan menjadi halangan bagi Mba Nur untuk mempelajari CI. Saat ini, beliau bekerja sebagai staff IT di perusahaan Am Badar & Partners. Motivasi beliau dalam mempelajari CI, tentunya ingin menambah wawasan dan pengetahuan tentang PHP CI. Harapannya kedepan dalam pembuatan dan maintenance website dapat dengan mudah dilakukan dengan framework CI.

Irwan : Asli Rembang yang Bertekad untuk terus Berkembang

Irwan : Asli Rembang yang Bertekad untuk terus Berkembang

Apa yang terpikir di benak kita, bila disebut Rembang? Ya, terdapat makam pahlawan saat masa pergerakan emansipasi wanita kala itu, R.A Kartini. Tetapi saat ini, kita tidak akan membahas keunikan Rembang lho. Kita akan berkenalan dengan Kak Irwan yang merupakan kelahiran Rembang. Meski asli Rembang, Kak Irwan ternyata berdomisili di Tuban saat ini. Bagaimana ceritanya bisa sampai ke Rumah Coding Depok yah? Yuk kita simak kisahnya.

Lahir di Rembang, Menuntut Ilmu di Tuban

Meski Kak Irwan asli Rembang, namun pendidikan sarjananya ia tempuh di salah satu Universitas terkemuka di Tuban. Ternyata Kak Irwan ini satu kampus loh, dengan Pak Heri Purwanto, dan jurusan yang diambil pun sama-sama Teknik Informatika. Gelar sarjana yang diraih pada tahun 2013, merupakan bekalnya untuk melanglang buana mencari pekerjaan di perantauan. Kerja kerasnya membuahkan hasil, saat ini Kak Irwan menempati posisi sebagai staff TI di RSUD dr. R Koesma Kabupaten Tuban. Ternyata Kak Irwan dan Pak Heri Purwanto bekerja pada instansi dan bidang yang sama, beruntung ya.

Pilihan; Berkembang atau Tergerus Zaman

Meski berkuliah pada juruan Teknik Informatika, tidak serta merta membuat Kak Irwan mengetahui segala hal terbaru dalam dunia TI. Terbatasnya waktu perkuliahan, juga berdampak pada materi pembelajaran yang didapatkan, namun sebagai mahasiswa memang dituntut untuk mencari pembelajaran dari sumber mana saja. Diakui, memang materi yang didapat saat berkuliah terbatas pada teknologi saat itu saja, padahal teknologi TI berkembang pesat hingga saat ini. Untuk mengisi gap tersebut, solusi saat ini dengan pembelajaran autodidak maupun mengikuti training.

Bekerja sebagai staf TI menuntut Kak Irwan untuk bisa mengatasi kebutuhan dan tantangan yang ada pada bidangnya. Misalnya saja saat ini, instansi tempat beliau bekerja, ingin berinovasi dalam memberikan pelayanan kesehatan, dengan pembuatan aplikasi berbasis android. Kedepannya, instansi ingin pelayanan kesehatan sudah berbasis aplikasi online.

Namun, karena Kak Irwan belum memiliki bekal Android, dan memang tidak mendapatkannya saat kuliah, Ia berinisiatif mencari training Android Development. Berbekal informasi dari web, Kak Irwan mendaftar Android Basic Semarang di Rumah Coding pada beberapa waktu lalu, dan melanjutkan Android Intermediate di Rumah Coding Depok saat ini. Prinsip Kak Irwan yang memilih untuk terus berkembang seiring kemajuan zaman perlu kita contoh ya. Bila kita tidak terbuka pada perkembangan teknologi dan memilih untuk close minded, yakinlah kita tidak akan mampu bertahan dan bersaing. Demikian kisah Kak Irwan yang ingin terus berkembang untuk meningkatkan kualitas skillnya. Semoga dapat segera mewujudkan aplikasi layanan kesehatan berbasis androidnya ya Kak, sukses selalu. Mau lihat video testimoni dari Kak Irwan? Teman-teman bisa langsung klik link berikut ya https://www.youtube.com/watch?v=cJi_fNkVAX8

Heri Purwanto : Menuntut Ilmu dari Tuban hingga ke Depok

Heri Purwanto : Menuntut Ilmu dari Tuban hingga ke Depok

Mungkin sebagian kita pernah mendengar ungkapan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Artinya memang tidak peduli berapapun jauhnya, kejarlah ilmu itu sampai kita mendapatkannya. Pada kesempatan kali ini, Bapak Heri Purwanto akan berbagi cerita dan pengalamannya dalam menimba ilmu membuat aplikasi android di Rumah Coding.

Jauh-jauh datang dari Tuban

Bapak Heri Purwanto, merupakan salah satu peserta Android Intermediate Batch #41 di Depok. Saat ini Pak Heri tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.  Sebagai penduduk asli Tuban, Pak Heri, lahir dan besar di Tuban, maka kuliahnya pun Ia selesaikan di Tuban. Selesai menamatkan pendidikan sarjana di salah satu kampus di Tuban tahun 2013, membuatnya mantap untuk mencari pekerjaan. Meski sempat bekerja pada bidang non IT, tak berkecil hati, beliau mencoba peruntungannya di tempat lain. Sampai akhirnya saat ini beliau merupakan staff IT di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Koesma Tuban.

Tuntutan zaman

Sebagai staff IT di sebuah instansi, tentunya kebutuhan instansi seiring dengan perkembangan zaman. Bila dulu pendaftaran pasien di fasilitas layanan kesehatan masih menggunakan kertas, sekarang beberapa instansi sudah mulai menerapkan pendaftaran online. Tak dipungkiri aplikasi layanan kesehatan online (dari mulai pendaftaran sampai penebusan resep obat) telah meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Oleh karenanya, banyak instansi layanan kesehatan yang ingin menerapkan aplikasi tersebut, salah satunya RSUD tempat beliau bekerja. Tingginya biaya pembuatan aplikasi, dan sulitnya maintenance bila membeli aplikasi dari pihak ketiga tanpa ada yang memahaminya, membuat Pak Heri berinisiatif untuk mempelajari pembuatan aplikasi mobile programming.

Menjatuhkan pilihan

Berbekal pencarian training mobile programming, Pak Heri akhirnya mengajukan kepada instansi tempatnya bekerja, untuk mengikuti kelas Android Basic Semarang yang diadakan Rumah Coding pada Januari lalu. Untuk menuntaskan materi android, beliau akhirnya mengambil kelas Android Intermediate Depok pada saat ini. Saat ditanya mengapa memilih Rumah Coding, beliau menjelaskan bahwa kelas-kelas di Rumah Coding harganya affordable dan silabusnya sesuai dengan kebutuhan. Setelah mengikuti Android Development (Basic dan Intermediate), harapannya beliau beserta tim dapat membangun aplikasi sesuai kebutuhan instansi saat ini.

Semoga aplikasinya bisa segera launch ya Pak, sukses selalu. Semangat Pak Heri dalam menuntut ilmu patut ditiru oleh kita semua. Jarak yang jauh tak menyurutkan langkah beliau untuk terus menimba ilmu dan mewujudkan harapannya. Yuk, mulai sekarang nyalakan terus semangat kita baik dalam bekerja, belajar maupun berusaha, agar segala impian kita bisa tercapai.  

Aulia Sandie Nurfatih; Lulusan Komunikasi Bisnis, Karir Programming juga Dirintis

Aulia Sandie Nurfatih; Lulusan Komunikasi Bisnis, Karir Programming juga Dirintis

Bagi yang sudah lulus kuliah, tujuannya tak lain dan tak bukan adalah mencari pekerjaan. Bahkan, yang masih kuliah-pun tak jarang malah enggan meneruskan, bila sudah merasakan ‘manisnya’ mencari uang. Tapi tidak berlaku bagi Aulia Sandy Nurfatih, dara yang akrab dipanggil Aulia ini, menempuh jalan yang berbeda. Meski sudah mengantongi ijazah sarjana, pada tahun 2018, Ia masih merasa perlu membekali dirinya dengan skill lain, yaitu programming. Dunia pasca kampus, Ia mulai dengan bekerja pada bagian marketing/partnership. Namun karena ingin lebih serius dalam memasuki dunia programming, Ia memutuskan resign dan mulai dengan membaca serta mengikuti kelas programming.

Kenapa Tertarik Programmming?

Saat ini teknologi sudah makin canggih dan perkembangannya juga sangat cepat,  tentu akan menjadi nilai plus bagi individu yang memiliki skill tambahan berupa programming. Sejalan dengan berkembangnya industry era 4.0, dunia programming menjadi hal yang sangat seksi saat ini. Untuk memulai petualangannya di dunia programming, Aulia memutuskan mengambil kelas Web Design di Rumah Coding. Ia sangat memahami, tidak ada cara instan jika kita ingin mempelajari hal baru.

Untuk bisa menjadi developer web, ia perlu mempelajari dasar-dasar pemrograman web yang diawali dengan HTML dan CSS. Ia meyakini bahwa dasar-dasar pemrograman merupakan pondasi, dimana logika memainkan peranan penting dalam membuat kode. Materi-materi tersebut ia dapatkan dalam kelas Web Design yang diikutinya saat ini.

Fenomena Beda Jurusan

Sebenarnya, Aulia bukanlah peserta pertama yang mempelajari programming dari jurusan non TI (Teknik Informatika). Beberapa peserta sebelumnya, ada yang berprofesi sebagai fotografer, dokter, bahkan ada yang berlatar pendidikan magister manajemen. Tentu alasan tiap orang berbeda-beda dalam mempelajari programming. Ada yang berencana membuat aplikasi untuk bisnisnya, ada yang penasaran ingin mencoba membuat aplikasi, bahkan ada yang memang ingin mulai meniti karir menjadi programmer. Banyaknya peserta yang berasal dari jurusan berbeda, menunjukkan bahwa programming menjadi suatu skill yang memang diminati bahkan oleh orang-orang non TI.

Support Sang Ayah

Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga, dibalik tingginya minat belajar Aulia, terdapat seorang ayah yang memberikan full support untuk putrinya dalam memulai perjalanannya di dunia programming. Bermula dari perhatian sang Ayah terkait tingginya persaingan dalam industri kerja, sehingga patutlah bagi individu untuk bisa menguasai tak hanya satu skill saja. Oleh karena tingginya minat masyarakat tentang programming, yang bisa dilihat dari makin mudahnya orang dalam melakukan pekerjaan hanya dalam genggaman tangan, missal pesan makanan cukup dengan klik melalui aplikasi ojek online, pesan peralatan elektronik maupun Rumah tangga hanya dengan klik melalui aplikasi toko online, dan banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang diciptakan untuk semakin memudahkan manusia. Berangkat dari hal tersebut, sang Ayah yang juga programmer, mencarikan dan mendaftarkan putrinya untuk mengikuti kelas programming. Selain mengambil kelas web design di Rumah Coding, Aulia juga membuktikan keseriusannya dengan mengikuti program bootcamp fullstack web developer pada bulan mendatang.

Kehadiran Aulia, pada kelas Web Design di Rumah Coding, tak lepas dari peran sang Ayah. Selama mengikuti kelas, Ia merasa enjoy karena delivery materi dari pengajar berjalan dengan baik. Ia memang lebih memilih kelas offline, dibanding online karena saat ada error/masalah di kelas bisa langsung ditanggapi dan ditemukan solusinya. Ia pun memberikan saran kepada Rumah Coding agar kelak mungkin durasi belajar bisa ditambah supaya semakin longgar waktunya untuk eksplorasi kemampuan peserta.

Terima kasih Aulia, sudah berbagi cerita dan menyumbangkan saran kepada Rumah Coding, semoga apa yang diharapkan bisa segera tercapai ya. Kalian juga bisa lho melihat testimoni Aulia pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=rP35iyV6hJ0. Nah buat kalian yang penasaran dan pengen tahu kelas Web Design di Rumah Coding seperti apa, bisa klik link disini juga yah. Sampai jumpa di special guest berikutnya ya.