Minggu kemarin ada sebuah perusahaan yang melakukan permintaan ke Rumah Coding untuk mengadakan training di kantornya yang berlokasi Solo. Karena permintaan yang cukup mendadak dan di waktu yang tidak tepat sehingga agak sulit mengatur jadwalnya. Kondisi saat itu, semua trainer sedang ada jadwal termasuk trainer Semarang pun berhalangan. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya sanggupi permintaan tersebut dengan saya sendiri sebagai trainernya. Sebenernya agak berat bagi saya karena training memakan waktu 4 hari, sedangkan banyak pekerjaan lain yang harus saya kerjakan. Tapi saya coba berpikir lain barangkali ada opportunity lain yang bisa digarap selesai training.
Alhamdulillah training berjalan lancar. Judulnya memang Corporate Training Android Basic Solo, tapi pada kenyataan-nya, justru saya yang banyak belajar dari direktur perusahaan ini. Beliau adalah Big Boss dengan jumlah karyawan mencapai 1000 lebih. Jumlah karyawan yang tidak sedikit untuk ukuran orang seumuran beliau. Karyawan beliau tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari kota besar hingga pelosok. Bisnis beliau pun beragam mulai dari payment gateway, travel umroh, hingga apartement. Dan memang saya akui, beliau ada tipe pekerja kelas. Hal itu nampak jelas dari setiap response terhadap setiap tugas-tugas coding yang saya berikan.
Pertanyaan besarnya adalah untuk apa belajar android untuk orang selevel beliau. Alasan pertama adalah hobi. Aslinya beliau ini jurusan teknik informatika. Tetapi karena kesibukan di dunia bisnis, perlahan-lahan skill coding-nya mulai hilang ditelan kesibukan. Maka dari itu beliau request training ke Rumah Coding, tujuan-nya untuk merefresh skill codingnya.
Bisnis beliau yang pertama adalah sofware house. Dulu beliau mempunyai produk software antrian. Software antrian-nya sudah banyak dipakai di seluruh kantor cabang bank BNI di seluruh Kalimantan. Software antrian yang beliau buat termasuk salah satu pionir software antrian, di saat bank-bank yang lain masih menggunakan potongan kertas untuk antrian.
Alasan kedua adalah mencari inspirasi dan ide-ide produk digital yang fresh. Beliau banyak berdiskusi dengan saya mengenai seputar ide-ide produk digital yang bisa dieksekusi. Dan kebetulan saya sedikit banyak paham seluk beluk dunia startup. Dalam benak beliau, sudah ada beberapa ide produk baru yang ingin segera dieksekusi dan beliau banyak bertanya dari sisi teknis pembuatan-nya.
Alasan ketiga adalah beberapa bisnisnya yang sekarang sudah berjalan perlu membutuhkan beberapa aplikasi android. Beliau ingin tau sedikit seluk beluk dunia coding android. Dan ini tidak hanya terjadi pada beliau. Beberapa peserta yang training di Rumah Coding juga banyak yang profesinya sebagai pemilik bisnis (bisnis owner). Mereka ingin membuat aplikasi android dari bisnis-nya yang sekarang. Dan goal mereka sebenernya bukan ingin beralih menjadi android developer. Akan tetapi kadang seorang pemilik bisnis perlu mengetahui sedikit perkara teknis agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Dan seperti itulah Steve Jobs. Steve Jobs tidak bisa coding, akan tetapi smart enough untuk menjelaskan hal-hal teknis kepada para pendengarnya.
Dan setelah training selesai, sudah dipastikan beliau langsung memberikan saya beberapa projek untuk digarap. Inilah yang saya sebut diawal sebagai opportunity lain.
Tertarik training di Rumah Coding?
Follow @idrumahcoding dan kunjungi www.rumahcoding.co.id
Saat ini, membangun memiliki koneksi/jaringan merupakan
salah satu hal penting di dunia kerja. Mendapatkan informasi yang kita
butuhkan, adalah saah satu manfaat dari memiliki koneksi. Untuk memiliki
koneksi, kita bisa memulainya dengan interaksi di social media, mengikuti suatu
paguyuban, atau bahkan mengikuti sebuah kursus.
Mengikuti sebuah kursus, adalah cara Pak Sabilal Muhtadin
agar bisa memiliki koneksi dengan teman-teman yang berminat pada programming,
termasuk menjalin koneksi dengan trainernya. Berawal dari ketertarikannya dalam
membuat website, lulusan kebendaharaan STAN ini, mulai mencoba belajar
autodidak dari video pembelajaran yang ada di Youtube.
Namun, hal tersebut berjalan kurang baik, akhirnya diputuskan
untuk mengikuti kursus. Disamping mengetahui cara membuat website, Ia juga
ingin menambah koneksi dari teman teman yang berminat dalam pemrograman. Meski
saat ini, beliau bekerja sebagai PNS di Kementerian Keuangan, dimana
programming adalah hal baru baginya, Ia tetap semangat belajar pemrograman.
Setelah mengikuti kelas PHP Code Igniter di Rumah Coding,
beliau berharap dapat terus mengembangkan kemampuannya, dan bisa keep in
contact dengan trainer. Agar suatu saat ketika mengerjakan project web
tersebut, Ia bisa sharing mengenai permasalahan yang dihadapi.
Indonesia
merupakan negara agraris, yang berarti, pertanian/perkebunan merupakan salah
satu mata pencahariaan terbanyak. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki
beragam kekayaan alam yang melimpah. DItambah lagi dengan posisinya yang cukup
strategis, memiliki beberapa gunung api, yang membuat kandungan tanahnya subur
dan kaya akan mineral.
Sebagai negara
agraris, Indonesia dapat menghasilkan berbagai komoditas pangan dan juga
terkenal akan rempah-rempahnya. Indonesia pernah tercatat mengalami masa
swasembada pangan pada era 1980-an. Tetapi, Indonesia kerap kali mengimpor
pangan dari negara lain. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor,
diantaranya persediaan terbatas/sesuai musim saja, harga yang bergejolak dan
adanya permainan curang pada rantai distribusi.
Oleh sebab itu,
kini mulai bermunculan aplikasi digital untuk membantu berbagai masalah yang
ada pada bidang pertanian/perkebunan.
Eragano, menyediakan solusi dari hulu hingga hilir sector pertanian. Digagas oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan dan telah mendapatkan pendanaan dari East Venture pada Juli 2016. Solusi yang ditawarkan antara lain : penjualan perlengkapan pertanian dan juga pupuk, penjualan hasil panen, system pengelolaan sawah dan pinjaman bagi petani.
iGrow, merupakan platform investasi pertanian dan bisa dipantau secara online. Aplikasi yang digagas oleh Andreas Senjaya dan Jim Oklahoma, juga telah mendapatkan pendanaan tahap awal pada Juli 2016. iGrow menghubungkan investor, petani dan pembeli.
8Villages, merupakan perusahaan yang membuat aplikasi Petani dan RegoPantes. Aplikasi Petani ditujukan untuk para petani yang ingin konsultasi terkait tanaman kepada para pakar pertanian, dan memungkinkan petani untuk mengirim foto tanamannya. Aplikasi ini juga berfungsi sebagai forum online untuk berbagi informasi.
Sedangkan RegoPantes merupakan aplikasi yang memungkinkan petani untuk menjual hasil pertanian langsung kepada konsumen, sehingga mereka bisa mendapatkan harga yang layak dibanding menjual kepada distributor.
SayurBox, aplikasi yang menyediakan layanan pemesanan sayur organik segar yang baru dipanen. Dengan system PO (memesan sayuran sebelumnya), hingga saatnya tiba, tim SayurBox akan mengirimkan sayuran langsung kerumah konsumen. Namun layanan ini baru menjangkau daerah Jakarta dan Tangerang.
Simbah, aplikasi yang menyediakan forum untuk berbagi informasi/Tanya jawab perihal pertanian, juga dapat membantu petani untuk menjual hasil pertanian langsung ke konsumen.
Karsa, menyediakan informasi pertanian kepada petani, produsen pertanian dan juga pemerintah. Dengan aplikasi ini, petani dapat mengetahui cara menanam yang baik, pemerintah dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan petani, dan juga memantau harga komoditas di pasar.
Kecipir, sebelumnya bernama LOFMart namun karena merasa namanya kurang menjual, maka diubah menjadi Kecipir. Digagas oleh Tantyo Bangun, platform ini menyediakan penjualan sayur organic dan dapat melayani konsumen untuk wilayah Jabodetabek.
Referensi :
Iwan Supriyatna. Kompas. Negara
Agraris, Mengapa Harga Pangan di Indonesia Bergejolak?
Aditya Hadi Pratama. [Update]
Kumpulan Startup dan Aplikasi Pertanian di Indonesia.
Halo readers, kali ini kita akan membahas tentang Bandung nih. Karena akhir November kemarin, tepatnya tanggal 30, Rumah Coding berkesempatan mengunjungi objek wisata tersebut. Tujuannya untuk mengagumi keindahan alam ciptaan Allah, dan sebagai ajang refreshing sejenak dari rutinitas harian.
Karena perjalanan dari Depok ke lokasi tujuan cukup jauh, maka diputuskan untuk berangkat pada pukul 05.30 WIB. Namun karena ada sedikit kendala, jam keberangkatan akhirnya mundur menjadi pukul 06.00 WIB. Perjalanan berangkat diselingi dengan pembagian doorprize, serunya, untuk bisa mendapatkan doorprize, peserta diwajibkan menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib yang dilontarkan MC.
Sampai di lokasi pertama yaitu Situ Patenggang jam menunjukkan sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan yang cukup panjang, namun terbayar dengan pemandangan alam yang indah dan cuaca yang sejuk disana. Acara dilanjutkan dengan perkenalan dari Tim Rumah Coding beserta keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang tentunya disambung dengan acara kuis doorprize lanjutan, dan sesi foto bersama. Sayangnya kondisi Situ agak mengejutkan, yaitu air Situ yang surut/kering cukup banyak, dilihat dari luasnya kondisi tanah yang pecah-pecah.
Setelah istirahat, sholat dan
makan siang, waktunya beranjak ke lokasi wisata selanjutnya, yaitu Kawah Putih.
Namun, baru saja berjalan kea rah bis, hujan turun cukup deras. Setelah
melewati voting yang cukup sengit XD, akhirnya diputuskan rombongan tetap
melanjutkan ke kawah putih, sembari berdoa semoga disana kering, alias tidak
hujan.
Ternyata di area kawah putih, tidak hujan sama sekali, yeaaay. Dengan suka cita, semua antusias untuk menaiki mobil angkutan khusus menuju kawah putih. Jalanan yang tidak rata, berdebu, dan cukup jauh mewarnai perjalanan menuju area kawah. Sesampainya disana, selain kawah putih, ada arena untuk berkuda juga loh.
Usai berfoto, akhirnya diputuskan
kita akan kembali ke bis, menuju lokasi berkutnya yaitu Wisata Belanja
Cibaduyut. Namun di tengah perjalanan, ternyata cukup macet dan dikhawatirkan
perjalanan pulang akan semakin larut bila tetap dilanjutkan. Akhirnya diputuskan
untuk langsung pulang.
Meski ada satu destinasi yang tak sempat disinggahi, namun teman-teman dari Rumah Coding merasa bersyukur bisa memiliki kesempatan mengunjungi objek-objek wisata tersebut.
Bagi sebagian orang tua coding
merupakan hal yang asing terdengar, namun tidak bagi anak-anak milenial. Perkembangan
teknologi digital menjadi hal yang wajib diketahui bila tidak ingin tertinggal
zaman. Pada era industri 4.0, coding tidak hanya dipelajari oleh orang yang
bekerja pada bidang IT, siapapun bisa mempelajarinya.
Tingginya minat masyarakat
mengenai coding, seiring dengan menjamurnya lembaga yang menyediakan kelas
coding. Materi-materi coding saat ini juga sudah banyak yang menyasar untuk
anak-anak, dari SD bahkan SMA/SMK. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan coding? Coding
merupakan proses mengolah kode menggunakan bahasa pemrograman, diawali dengan
menulis, memperbaiki hingga memeliharanya.
Coding merupakan kegiatan yang membutuhkan pemahaman logika, bagaimana bisa mengajarkannya pada anak-anak? Tentu materi coding anak jauh lebih mudah dibanding coding untuk orang dewasa, karena prinsipnya adalah mengenalkan dan membiasakan anak-anak dengan software pemrograman, contohnya Scratch ataupun MIT App Inventor. Coding bagi anak-anak ternyata memiliki banyak manfaat, diantaranya :
Computational thingking
Merupakan kemampuan berpikir yang terstruktur dan logis. Saat belajar coding, anak dapat belajar memahami konsep logaritma sederhana dan memecahkan masalah, sehingga kemampuannya akan berkembang.
2. Meningkatkan kreativitas
Dalam belajar coding, kreativitas anak dapat meningkat dengan baik. Banyaknya variasi seperti memunculkan gambar, tulisan, suara dapat mendorong anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.
3. Produktif
Anak dapat menghasilkan suatru produk ciptaannya sendiri, ketika belajar coding. Contohnya dalam aplikasi scratch, anak sudah dapat membuat game sederhana hasil karyanya sendiri.
4. Softskill
Tidak dipungkiri, kemampuan coding merupakan nilai tambah bagi anak yang sudah mempelajarinya. Meski, bisa saja bahasa pemrograman yg dipelajari saat ini, beberapa tahun kemudian sudah tak lagi digunakan. Namun kemampuan dalam berpikir logis/ pengalaman menggunakan bahasa tertentu tetaplah bermanfaat sampai kapanpun. Prinsip berpikir logis inilah yang akan terus terpakai, meski bahasa pemrograman selalu memiliki versi terbarunya.
5. Problem solving
Anak yang mempelajari coding, secara otomatis terlatih untuk menemukan dan memecahkan masalah. Saat belajar coding, bila menemukan error, tentu anak perlu mencari tahu masalah dan jalan keluarnya agar kode tersebut tidak error.
6. Daya saing
Di era digital, apapun bidangnya, individu yang memiliki skill coding tentu daya saingnya lebih bagus, ketimbang yang tidak.
7. Fasih teknologi
Zaman sekarang, teknologi sangat akrab, bahkan tak mungkin terpisahkan dari kehidupan kita. Anak yang sudah mempelajari coding, setidaknya bisa fasih dan lebih akrab dengan teknologi.
Bagaimana readers, ternyata banyak ya manfaat yang bisa diperoleh jika anak-anak mulai dikenalkan untuk mempelajari coding. Saat ini sudah banyak silabus coding yang disesuaikan untuk anak-anak, sehingga tidak perlu khawatir anak akan kesulitan memahaminya. Karena pada dasarnya, materi coding anak lebih sederhana dan sifatnya hiburan (membuat game), seperti program yang ada di Rumah Coding.
Mau tahu, ada program apa saja untuk kelas coding anak di Rumah Coding? Readers bisa melihatnya dengan klik link berikut.
Siapa yang tahu,
apa hubungan zakat dengan programming? Saat ini, era perkembangan revolusi industri
4.0, segala hal dapat kita hubungkan dengan programming/teknologi informasi,
tak terkecuali zakat. Pada kesempatan kali ini, spesial guest kita datang dari
instansi Badan Amil Zakat Nasional. Yuk kita simak kisah beliau, bagaimana bisa
sampai ke Rumah Coding.
Beliau merupakan
kelahiran tahun 1978, memiliki nama lengkap Muhammad Afdhal, saat ini
berdomisili di Bekasi dan bekerja di Jakarta Pusat. Beliau merupakan perantauan,
meskipun merantau, beliau sudah tinggal disana sejak tahun 90.
Bahasa Sastra Dan Bahasa Pemrograman
Beliau memiliki
latar belakang pendidikan dari Jurusan Bahasa dan Sastra dari Universitas Islam
Negeri. Saat ini beliau bekerja di Badan Amil Zakat Nasional Pusat pada Divisi
IT Bagian Pengembangan Aplikasi. Perjalanan karir beliau tidaklah mudah,
setelah menyandang gelar Sarjana sampai menempati posisi sekarang, beliau
membutuhkan waktu 16 tahun.
Perjuangan
tersebut diwarnai dengan berbagai hal, diantaranya pernah mendapatkan pekerjaan
diluar bidang yang beliau tekuni, pernah juga bekerja sesuai dengan bidangnya,
namun karena satu dan lain hal, beliau memutuskan berhenti. Semuanya dilalui
beliau dengan baik, dan beliau membuktikan bahwa bekerja diluar bidang dapat
dilakukan jika kita mau bekerja keras. Beliau juga telah membuktikan bahwa
mempelajari programming bisa lho, dilakukan oleh beliau yang merupakan lulusan
bidang sastra dan bahasa.
Menemukan Rumah Coding
Sebelum memutuskan
mengikuti kelas PHP CodeIgniter di Rumah Coding, beliau sudah pernah mendaftar
di beberapa tempat pelatihan lain. Namun karena kendala teknis, seperti kelas
akan dibuka bila minimal 6 peserta, maka beliau akhirnya mencari tempat lain
dan menemukan Rumah Coding. Selain kuota peserta untuk memulai kelas hanya 3
orang, harga yang kompetitif juga menjadi salah satu alasan bagi beliau untuk
memilih Rumah Coding.
Motivasi beliau
dalam mengikuti kelas programming saat ini, yaitu untuk menunjang kebutuhan
instansi tempat beliau bekerja. Hal ini karena, saat awal masuk di Baznas,
beliau tidak ditempatkan di IT. Setelah setahun berjalan, beliau mendapatkan
mutasi untuk bergabung dengan tim IT.
Untuk memperkuat
teman-temannya dalam tim IT tersebut, beliau bertekad ingin belajar pemrograman
dari dasar. Beliau juga beranggapan PHP CodeIgniter masih relevan digunakan
saat ini. Pihak instansi mendukung keputusan beliau, sehingga beliau diizinkan
untuk mengikuti training dimanapun pilihannya.
Harapan Agar Bermanfaat
Beliau berharap
setelah mengikuti kursus ini, dapat mengimplementasikannya di kantor. Mengingat
kebutuhan instansi dan keinginan beliau yang kuat dalam menguasai PHP
CodeIgniter, karena saat ini kebutuhan web di Baznas menggunakan CodeIgniter
sedangkan androidnya menggunakan Flutter. Beliau mengakui, sebagai seorang yang
awam, sejauh ini dapat mengikuti kelas dan melakukan tugas yang diberikan
trainer, sembari terus bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Mengikuti dunia
IT sejak tahun 2011, beliau juga sudah pernah membuat berbagai aplikasi
diantaranya pernah membuat studio website berbasis CMS, dan beberapa aplikasi toko
online.
Bidang IT khususnya programming
kian bertambah peminatnya, bukan hal baru lagi, bila yang berlatar Pendidikan
disiplin ilmu lain, juga turut meramaikan dunia pemrograman. Bila dulu ada mba
Aulia dari Komunikasi Bisnis, kini ada Pak Hendra Kurniawan dari Ekonomi yang
merupakan special guest kita kali ini. Simak perjalanan beliau dari lulusan
Ekonomi yang kini memilih menjadi Fullstack Programmer.
Bermula dari Ekonomi, Kini
Konsultan IT
Memiliki nama lengkap Hendra
Kurniawan, beliau merupakan Konsultan IT/Fullstack Programmer dengan segala
kesibukannya saat ini. Beliau berdomisili di Cirendeu, Pondok Cabe, dan juga penduduk
asli daerah tersebut. Beliau menamatkan pendidikan sarjananya pada awal tahun
1998 di Universitas Pancasila yang berlokasi di Jakarta Selatan.
Sempat menapaki karir di instansi
perbankan selama 15 tahun, Pak Hendra memilih resign pada tahun 2012 dan
menekuni programming. Meski memutuskan resign pada 2012, beliau sudah mulai
mendalami programming pada tahun 2010 lho. Beliau hanya butuh waktu 2 tahun
untuk mengambil keputusan dalam karirnya, demi minatnya pada dunia programming.
Selama 7 tahun terjun di dunia programming, beliau sudah pernah membuat
beberapa produk website dan database bagi perusahaan, biasanya berupa database operasional
dan transaksional untuk kebutuhan perusahaan tersebut.
Meski sudah menjadi fullstack
programmer, beliau masih terus belajar hal-hal baru dalam dunia programming
saat ini. Contohnya saja, beliau saat ini mengambil kelas GoLang private di
Rumah Coding. Ada yang udah tau apa itu GoLang? Ya, GoLang atau Go adalah
bahasa pemrograman yang dikembangkan Google pada 2009.
Belajar Itu Cari Jaringan,
Bukan Sertifikasi
Awal beliau mengetahui Rumah Coding,
diakuinya saat itu tengah mencari training android. Beliau mengakui, banyak
sekali Lembaga yang menawarkan training programming, salah satunya Rumah
Coding. Namun, karena Rumah Coding pernah membuat pengumuman tentang workshop
GoLang, maka beliau berniat untuk mengambil kelas private GoLang.
Selain karena belum banyak yang
menyediakan training serupa, tujuan beliau dalam training bukanlah mengejar
selembar kertas bernama sertifikat, namun ingin mencari teman yang ‘setipe’
sebanyak-banyaknya. Beliau ingin membangun jaringan/mencari chanel pertemanan
dari sesame programmer sebanyak-banyaknya. Jarang sekali ya, orang-orang
seperti Pak Hendra ini, bahwa terpenting bagi beliau adalah membangun jaringan
pertemanan sesama penyuka programming.
Dalam belajar programming, beliau
memiliki motivasi yang sangat bagus. Salah satunya beliau meyakini, untuk
menjadi programmer hebat, kita butuh latihan terus-menerus dan upayakan cari
project. Karena dengan adanya project, kita jadi terpacu untuk bisa tepat waktu
dalam mengejar deadline, kita juga dituntut untuk professional dihadapan klien
kita. Adanya tekanan-tekanan seperti itu, membuat otak kita terdorong untuk
bersemangat dan bekerja dengan sebaik-baiknya. Karena menjadi programmer hebat
tak bisa hanya dengan sekedar baca materi.
Selain membagi cerita, Pak Hendra juga menyampaikan kritik dan saran bagi Rumah Coding lho, kritiknya adalah adanya pemecahan lagi dalam menentukan materi basic intermediate dan advanced. Menurut beliau materi basic sebaiknya yang benar-benar basic saja, memang nanti peserta akan dibebankan dengan biaya yang lebih banyak, tapi menurutnya itu worthed kok. Beliau juga berharap kedepannya materi training selalu diperbarui mengikuti perkembangan yang ada, karena dunia teknologi perkembangannya benar-benar sangat cepat, sehingga peminat juga pasti akan bertambah banyak.
Terima kasih atas kritik dan sarannya ya Pak, semoga dapat kami lakukan lebih baik ke depannya. Nah terakhir, beliau juga menyampaikan testimoni selama mengikuti kelas di Rumah Coding, diantaranya; materi yang diajarkan sesuai dengan silabus, tidak hitung-hitungan dengan waktu dan trainernya juga asyik. Demikian penuturan dari Pak Hendra Kurniawan, semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari apa yang beliau ceritakan ya.
Ada yang tahu, cuplikan film
Harry Potter, dimana Ronald Weasly sewot karena menganggap dirinya hanyalah
teman/pemanis bagi si Harry Potter yang terkenal? Well, mungkin Ron sedang
kesal saja, jadi terlontarlah kata-kata itu. Namun salah satu hal terbaik dalam
hidup adalah memiliki teman perjalanan yang dapat dijadikan panutan. Nah
special guest kali ini, Mas Akhmad Fauzi merupakan ‘teman perjalanan’ Pak I
Gede Sujana Eka Putra dari MDPI. Meski lebih tepat dikatakan juniornya Pak
Sujana, ungkapnya dengan rendah hati. Diakui mas Akhmad, Bersama dengan Pak
Sujana, banyak pembelajaran yang bisa Ia ambil. See, menjadi teman perjalanan banyak
sekali manfaatnya kan?
Lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan
Memiliki nama lengkap Akhmad
Fauzi, beliau saat ini berdomisili di Pemogan, Denpasar Selatan. Tapi mas
Akhmad ini perantauan lho dari Bekasi, wah seru ya merantau ke Pulau Dewata. Siapa
yang tidak kenal dengan keindahan tersebut? Jangankan warga Indonesia, turis
mancanegara juga mengakui keindahan pulau ini, makanya banyak yang menjadikan pulau
ini sebagai destinasi wisata/berlibur.
Kembali ke mas Akhmad, meski
perantauan di Denpasar, namun Pendidikan sekolah menengahnya diselesaikan
disana. Usut punya usut, ternyata mas Akhmad lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Rekayasa
Perangkat Lunak. Beliau menuturkan, pada saat itu kejuruan RPL masih sangat
jarang.
Tak puas jika belajar hanya sampai
sekolah kejuruan, mas Akhmad melanjutkan Pendidikan Sarjana pada jurusan Sistem
Informasi. Mengantongi title sarjana, memantapkan langkah mas Akhmad untuk
segera menapaki dunia pasca kampus, yaitu bekerja.
Membersamai di MDPI
Tiga tahun setelah kelulusannya,
saat ini mas Akhmad menempati posisi Junior Software Developer dibawah arahan
Pak Sujana. Perjalanan karir mas Akhmad tidak selalu mulus, sebelum menempati
posisi saat ini, beliau pernah bekerja di dua instansi yang berbeda. Selain bekerja
beliau juga aktif mengikuti mailing list/milis untuk mendapatkan informasi.
Termasuk posisinya saat ini, ia ketahui melalui job posting di milis.
Sibuk bekerja di Masyarakat Dan
Perikanan Indonesia/ MDPI, tak membuat mas Akhmad acuh terhadap kompetisi internasional
bidang perikanan yang ia tekuni saat ini. Bersama dengan Pak Sujana, mas Akhmad
membuat aplikasi website dengan nama traceability. Menjagokan webnya dalam
ajang tersebut, membuatnya menempati posisi Juara II, satu langkah didepan
Amerika yang juga berhasil mendapat Juara III, pencapaian yang sangat
membanggakan ya. Diakui, memang teknologi yang berkembang saat ini sudah
mengarah kepada Artificial Intelligence. Seperti India yang telah
menerapkannya, dan menyabet Juara I.
Meski sudah pernah memenangkan
ajang internasional, tak membuat mas Akhmad berpuas diri. Kini ia turut belajar
android intermediate di Rumah Coding. Semua ini dilakukan agar dapat
menyempurnakan system website dan android, yang pada pada pelaksanaannya
mempermudah user menginput data hingga menghasilkan dokumentasi perikanan yang efektif
dan efisien. Karena tujuan teknologi, salah satunya tentu untuk memudahkan
pekerjaan manusia, bukan?
Mari kita doakan semoga kerja
keras mas Akhmad dan Tim dapat segera terwujud, agar semakin banyak nelayan
kecil yang terbantu dan berdaya dan sejahtera di negerinya sendiri. Jangan lupa,
kerja keras yang kita lakukan, dengan membantu kehidupan orang banyak tentu
akan dihitung sebagai amal kebaikan.
Codingan ikan, bukanlah salah
satu jenis codingan terbaru, juga bukan bahasa pemrograman terbaru, ya. Pada
special guest kali ini, kami ingin memperkenalkan Bapak I Gede Sujana Eka Putra
yang memfokuskan aktivitasnya di Masyarakat Dan Perikanan Indonesia (MDPI).
Bagaimana kaitan antara codingan dan perikanan ya? MDPI bergerak di bidang apa
ya? Yuk kita simak bersama, paparan beliau.
Bermula dari Catering sampai
Manufacturing
Memiliki nama lengkap I Gede
Sujana Eka Putra, kami memanggilnya Bapak Sujana, beliau merupakan penduduk
asli Bali, saat ini berdomisili di Tuban, Bali. Beliau menyelesaikan jenjang
sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November mengambil jurusan Teknik
elektro. Ternyata beliau jauh-jauh merantau dari Bali ke Surabaya demi menuntut
ilmu, keren ya Pak Sujana. Setelah lulus beliau masih betah di perantauan lho, hingga
diterima bekerja di perusahaan yang memiliki joint venture dengan Korea.
Daripada hujan emas di negeri
orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri, senyaman apapun di Surabaya,
ternyata beliau tetap pulang juga ke kampung halaman. Sepulangnya ke Bali,
beliau bekerja selama kurang lebih 10 tahun, dan memutuskan untuk melanjutkan
studi Magister disana. Pada saat di Bali, beliau pernah bekerja di sebuah
hotel, di catering airport, dan juga pernah menjajal perusahaan manufacturing/
pengelolaan rempah-rempah di daerah Gianyar. Namun semua pekerjaan yang beliau jalani
masih dalam koridor IT software development.
Tentang MDPI
Seperti yang telah disebutkan
diatas, MDPI singkatan dari Masyarakat Dan Perikanan Indonesia, merupakan
Yayasan NGO (Non Governmental Organization) yang didirikan pada Juli 2013, memiliki
focus pada perikanan kecil dan bertanggungjawab pada pencapaian kegiatan
perikanan yang berkelanjutan untuk konservasi sumber daya perikanan dan
ekosistem Indonesia. Mendapatkan pendanaan dari USAID (United State Agency of
International Development), MDPI bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat
nelayan untuk penangkapan, pengolahan dan juga pemasaran ikan tuna.
Selain memonitor hal diatas, MDPI
juga juga memberikan pengetahuan kepada nelayan kecil agar kehidupannya dapat
lebih baik. Organisasi ini juga memiliki beberapa kualifikasi untuk nelayan
yang ingin menjadi peserta, diantaranya; nelayan hanya memiliki perahu kecil,
dan hanya menggunakan tali plastik untuk menangkap tuna. Nelayan yang menjadi
peserta, akan didampingi/ditunggu oleh relawan area saat memancing. Bila sudah
pulang memancing, hasil tangkapan akan didata, diukur dan dicatat. Pencatatan ini
berisi nama nelayan yang menangkap, nomor perahu yang digunakan, berapa berat
ikan, tanggal berapa ditangkap, dan dimana lokasi penangkapannya serta data
pendukung lainnya. Dokumentasi tersebut dibutuhkan saat ikan akan diekspor ke luar
negeri. Jangkauan area yang dipantau oleh MDPI antara lain daerah Indonesia
Timur seperti Maluku, Ambon, Buru, Serang, Morotai, dan Ternate. Sementara daerah
Sulawesi Tenggara seperti Manado, Bitung, Sangihe, Talaud dan Lombok.
Ternyata MDPI concern lebih ke
ikan tuna saja nih, teman-teman. Focusnya ke ikan tuna yellow fin (atau yang
memiliki sirip kuning), karena ikan tuna tipe blue fin (sirip biru) sudah
punah/sangat langka. Nah supaya yellow fin tetap sustain, maka dibuatlah dokumentasi
seperti yang sudah disebutkan diatas. Selain itu, ikan tuna ini juga sangat
laku dipasaran loh teman-teman, tidak hanya dalam negeri, luar negeri juga
banyak yang konsumsi, terutama di negara Amerika dan Jepang. Selain adanya
dokumentasi saat ekspor, instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) melakukan koordinasi dengan masyarakat dunia dalam menjaga
kelestarian ikan tuna, salah satunya yaitu adanya kuota maksimal yang tidak
boleh dilewati oleh setiap negara yang mengekspor tuna.
Melangkah Bersama MDPI
Sebelum Pak Sujana bergabung bersama
MDPI, organisasi ini sudah memiliki IT staff sebanyak 1 orang. Namun banyaknya
pekerjaan yang dihandle, sehingga beliau overload, dan akhirnya Pak Sujana ikut
bergabung untuk memperkuat posisi IT saat ini. Bidang IT merupakan salah satu
hal vital bagi organisasi ini, karena dokumentasi yang efektif dan efisien
sangat dibutuhkan. Ditambah lagi, dengan adanya dokumentasi berbasis teknologi,
yang diberi nama traceability, setiap ada permasalahan system, tentu tim IT
yang akan berjibaku untuk mengurai permasalahannya. Dokumentasi ini juga
dibutuhkan organisasi untuk pertemuan triwulan dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan, dalam rangka hearing terhadap data tangkapan nelayan dan kesulitan
yang ditemui nelayan selama menangkap ikan.
Bergabungnya Pak Sujana, membuat
beliau berusaha mencari jalan keluar dari masalah system dokumentasi. Beliau berpikir,
mungkin akan lebih baik bila system ini dibuat sendiri dan dikembangkan sesuai
kebutuhan organisasi, agar tidak lagi bergantung kepada vendor pembuat system. Saat
ini kendala yang ada diantaranya, relawan yang bekerja di remote area dan jauh
dari internet belum bisa input data realtime. Sehingga pencatatan dilakukan menggunakan
device Android, pada saat berada di daerah yang menjangkau internet, relawan
dapat mengirim data tersebut ke server.
Kiprah dalam Programming; Dari
Web, Menuju Mobile Application
Sebagai lulusan tahun 2000, Pak
Sujana sudah banyak kontribusinya dalam menghasilkan aplikasi programming untuk
menunjang pekerjaan tempat instansinya bekerja. Diantara aplikasi tersebut,
beliau pernah membuat aplikasi finance, inventory pergudangan, program untuk system
produksi, system pengolahan ikan (dari rawa sampai pengiriman ke customer), system
administrasi kantor seperti purchasing, fixed asset dan lainnya.
Menurut pengakuan beliau, saat
ini hanya web dan desktop saja yang beliau tahu. Untuk seseorang yang sudah
malang melintang dalam pembuatan aplikasi desktop, beliau sangat rendah hati ya
teman-teman. Nah karena merasa belum banyak pengalaman dalam android, beliau
rela berjauh-jauh dari Denpasar sampai ke Rumah Coding Depok, untuk belajar
tentang Android. Tak tanggung-tanggung, android basic dan android intermediate,
kedua kelas ini beliau ambil di Rumah Coding. Benar-benar memiliki niat yang
kuat ya, teman-teman.
Untuk hal kompetisi, Pak Sujana
dan tim tidak bisa dianggap enteng ternyata. Beliau baru saja mengikuti kompetisi
IT khusus teknologi perikanan di Bangkok, dan meraih juara II. Hebat sekali Pak!
Beliau juga menuturkan, beberapa negara turut berpartisipasi dalam ajang
tersebut, diantaranya Amerika, Jepang, India, Cina dan beberapa negara lain. Beliau
mengikuti kompetisi ini dengan tujuan untuk mengetahui teknologi terbaru bidang
perikanan saat ini. Menurutnya, kontestan dari luar negeri sudah menggunakan
Artificial Intelligence (AI), lebih canggih daripada kita.
Meskipun materi AI sudah beliau peroleh
saat studi Magister, namun kita masih jauh tertinggal, karena teman-teman luar
negeri sudah kepada pengembangan AI, tutur beliau. Beliau bertekad untuk
mengejar ketertinggalan tersebut, meski bisa belajar autodidak namun support
dari manajemen juga dibutuhkan. Sayangnya, di Bali belum ada Lembaga kursus
yang berikan training yang dibutuhkan, namun kalua perusahaan software ya
memang banyak. Menurut opini beliau, ketertinggalannya kita dari kawan-kawan
luar negeri, bukan karena kurangnya tenaga expert. Pastilah banyak tenaga
expert programming, namun kita kurang adanya komunitas/perkumpulan sebagai
sarana bertukar ide/membahas hal terkini mengenai teknologi.
Harapan yang Kelak Niscaya
Pak Sujana mengaku, memiliki
harapan yang sangat banyak dan besar. Diantaranya, bila sudah menguasai
android, ingin digunakan untuk membuat produk/solusi yang bisa digunakan oleh
nelayan dan supplier/company agar bisa melakukan dokumentasi perikanan dengan
efektif hanya dengan memaksimalkan device smartphone.
Teknologinya ini nanti, cukup
nelayan foto saja hasil tangkapannya, nanti info dan datanya akan keluar secara
otomatis, berupa QR Code. Saat supplier menerima hasil tangkapan tersebut, pun
mendapat QR Code kembali untuk dokumentasi seperti info harga, berat ikan dan
info pendukung lain. Saat penjualan, company akan mendapat QR Code juga. Sehingga
semua dokumentasi dari nelayan sampai ke company hanya komunikasi device-to-device,
tak bisa diedit/dikoreksi oleh user dan tanpa rekayasa.
Namun kesulitan saat ini, memang
masih lagu lama, yaitu soal infrastruktur dan SDM yang kurang akrab dengan
teknologi. Teknologi yang menjadi harapan beliau, kelak akan mengatasi masalah
saat ini, dimana supplier malas menginput data dengan alasan repot karena
banyaknya data yang perlu diinput. Padahal, bila semua komponen menginput data
dengan baik, kita akan mudah menghasilkan data yang lengkap dan sesuai fakta.
Bagaimana teman-teman, seru ya pengalaman dan pelajaran yang beliau bagikan saat ini? Ternyata codingan dan bidang perikanan, bisa terkait ya seperti pengalaman Bapak Sujana. Dari beliau, kita belajar bahwa kita wajib menjaga lingkungan sekitar, jangan sampai tingkah laku kita mengakibatkan punahnya hewan/tumbuhan di negeri dan bumi tercinta ini. Jangan pernah merasa hebat dengan segala capaian kita, kita perlu belajar hal-hal baru untuk mendukung apa yang kita tekuni saat ini. Simak juga video testimoni beliau pada tautan berikut ini ya https://www.youtube.com/watch?v=Aur1nDfImQ0
Pada kesempatan kali ini, Rumah
Coding kedatangan peserta dari Cianjur. Jauh-jauh dari Cianjur, beliau ingin belajar
tentang Android Basic ke Depok. Meski Cianjur dan Depok sama-sama terletak di
Provinsi Jawa Barat, namun jarak tempuh yang harus dilalui sejauh ±
91 KM. Tetapi jarak yang panjang, tak menjadi penghalang beliau dalam meraih harapannya,
yaitu ingin lebih baik lagi dalam mengajar coding kepada anak didiknya, betapa
mulia harapan beliau. Yuk kita simak penuturannya.
Lulusan Teknik Elektro
Beliau bernama Hari Notje, Pria
kelahiran tahun 75, saat ini sudah menginjak umur 44 tahun. Tinggal di Cianjur,
tak heran bila saat ini bekerja di Cianjur pula, sebagai Guru. Beliau bukanlah
tamatan sekolah keguruan/pendidikan, melainkan dari jurusan Teknik Elektro. Tahun
2002 beliau resmi menyandang gelar Sarjana Teknik dari salah satu Perguruan
Tinggi. Meski tak mengenyam sekolah keguruan, cita-cita mulia beliau untuk
menjadi seorang guru tetap terwujud.
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Sebuah ungkapan mengatakan, Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa, karena tak dipungkiri kita bisa membaca,
menulis, bekerja dan meraih pencapaian hingga saat ini tak lain dan tak bukan
karena salah satunya peran seorang guru. Maka wajib bagi kita semua untuk
menghormati guru dimanapun mereka berada. Kesuksesan seorang murid merupakan
suatu kebahagaiaan bagi gurunya, hal ini pula yang menjadi keinginan Pak Hari
untuk terus belajar agar dapat mentransfer ilmunya kepada seluruh anak didik
beliau. Kelak beliau berharap agar murid-muridnya dapat terus mengembangkan
ilmu dan keahlian agar bisa meraih kesuksesan di masa mendatang.
Beliau berprofesi sebagai guru
coding di salah satu sekolah di Cianjur. Kelas yang diajar oleh beliau beragam,
dari mulai kelas 4 SD sampai dengan kelas 9 SMP. Beliau berkisah, salah satu
materi ajarnya yaitu menggunakan aplikasi MIT APP Inventor. MIT APP Inventor
sendiri, merupakan aplikasi web bersifat open source yang dibuat oleh Google,
namun saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). MIT
APP Inventor memungkinkan pengguna untuk membuat aplikasi berbasis android,
dengan cara men-drag and drop objek visual seperti tampilan antarmuka pada
program Scratch.
Dari penjelasan diatas, dengan
MIT APP Inventor sudah bisa membuat aplikasi android. Wah kebayang ya,
anak-anak didikan Pak Heri di sekolah pasti sudah jago nih menggunakan aplikasi
tersebut, hebat ya. Motivasi beliau dalam mengikuti kelas Android Basic sangat
sederhana nan mulia, yaitu ingin bisa mengajar lebih baik lagi bagi anak didiknya.
Semoga keinginannya tercapai ya Pak, dan semoga anak didik Bapak, bisa
mencontoh keteladanan Bapak kelak.