Siapa yang tahu,
apa hubungan zakat dengan programming? Saat ini, era perkembangan revolusi industri
4.0, segala hal dapat kita hubungkan dengan programming/teknologi informasi,
tak terkecuali zakat. Pada kesempatan kali ini, spesial guest kita datang dari
instansi Badan Amil Zakat Nasional. Yuk kita simak kisah beliau, bagaimana bisa
sampai ke Rumah Coding.
Beliau merupakan
kelahiran tahun 1978, memiliki nama lengkap Muhammad Afdhal, saat ini
berdomisili di Bekasi dan bekerja di Jakarta Pusat. Beliau merupakan perantauan,
meskipun merantau, beliau sudah tinggal disana sejak tahun 90.
Bahasa Sastra Dan Bahasa Pemrograman
Beliau memiliki
latar belakang pendidikan dari Jurusan Bahasa dan Sastra dari Universitas Islam
Negeri. Saat ini beliau bekerja di Badan Amil Zakat Nasional Pusat pada Divisi
IT Bagian Pengembangan Aplikasi. Perjalanan karir beliau tidaklah mudah,
setelah menyandang gelar Sarjana sampai menempati posisi sekarang, beliau
membutuhkan waktu 16 tahun.
Perjuangan
tersebut diwarnai dengan berbagai hal, diantaranya pernah mendapatkan pekerjaan
diluar bidang yang beliau tekuni, pernah juga bekerja sesuai dengan bidangnya,
namun karena satu dan lain hal, beliau memutuskan berhenti. Semuanya dilalui
beliau dengan baik, dan beliau membuktikan bahwa bekerja diluar bidang dapat
dilakukan jika kita mau bekerja keras. Beliau juga telah membuktikan bahwa
mempelajari programming bisa lho, dilakukan oleh beliau yang merupakan lulusan
bidang sastra dan bahasa.
Menemukan Rumah Coding
Sebelum memutuskan
mengikuti kelas PHP CodeIgniter di Rumah Coding, beliau sudah pernah mendaftar
di beberapa tempat pelatihan lain. Namun karena kendala teknis, seperti kelas
akan dibuka bila minimal 6 peserta, maka beliau akhirnya mencari tempat lain
dan menemukan Rumah Coding. Selain kuota peserta untuk memulai kelas hanya 3
orang, harga yang kompetitif juga menjadi salah satu alasan bagi beliau untuk
memilih Rumah Coding.
Motivasi beliau
dalam mengikuti kelas programming saat ini, yaitu untuk menunjang kebutuhan
instansi tempat beliau bekerja. Hal ini karena, saat awal masuk di Baznas,
beliau tidak ditempatkan di IT. Setelah setahun berjalan, beliau mendapatkan
mutasi untuk bergabung dengan tim IT.
Untuk memperkuat
teman-temannya dalam tim IT tersebut, beliau bertekad ingin belajar pemrograman
dari dasar. Beliau juga beranggapan PHP CodeIgniter masih relevan digunakan
saat ini. Pihak instansi mendukung keputusan beliau, sehingga beliau diizinkan
untuk mengikuti training dimanapun pilihannya.
Harapan Agar Bermanfaat
Beliau berharap
setelah mengikuti kursus ini, dapat mengimplementasikannya di kantor. Mengingat
kebutuhan instansi dan keinginan beliau yang kuat dalam menguasai PHP
CodeIgniter, karena saat ini kebutuhan web di Baznas menggunakan CodeIgniter
sedangkan androidnya menggunakan Flutter. Beliau mengakui, sebagai seorang yang
awam, sejauh ini dapat mengikuti kelas dan melakukan tugas yang diberikan
trainer, sembari terus bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Mengikuti dunia
IT sejak tahun 2011, beliau juga sudah pernah membuat berbagai aplikasi
diantaranya pernah membuat studio website berbasis CMS, dan beberapa aplikasi toko
online.
Bidang IT khususnya programming
kian bertambah peminatnya, bukan hal baru lagi, bila yang berlatar Pendidikan
disiplin ilmu lain, juga turut meramaikan dunia pemrograman. Bila dulu ada mba
Aulia dari Komunikasi Bisnis, kini ada Pak Hendra Kurniawan dari Ekonomi yang
merupakan special guest kita kali ini. Simak perjalanan beliau dari lulusan
Ekonomi yang kini memilih menjadi Fullstack Programmer.
Bermula dari Ekonomi, Kini
Konsultan IT
Memiliki nama lengkap Hendra
Kurniawan, beliau merupakan Konsultan IT/Fullstack Programmer dengan segala
kesibukannya saat ini. Beliau berdomisili di Cirendeu, Pondok Cabe, dan juga penduduk
asli daerah tersebut. Beliau menamatkan pendidikan sarjananya pada awal tahun
1998 di Universitas Pancasila yang berlokasi di Jakarta Selatan.
Sempat menapaki karir di instansi
perbankan selama 15 tahun, Pak Hendra memilih resign pada tahun 2012 dan
menekuni programming. Meski memutuskan resign pada 2012, beliau sudah mulai
mendalami programming pada tahun 2010 lho. Beliau hanya butuh waktu 2 tahun
untuk mengambil keputusan dalam karirnya, demi minatnya pada dunia programming.
Selama 7 tahun terjun di dunia programming, beliau sudah pernah membuat
beberapa produk website dan database bagi perusahaan, biasanya berupa database operasional
dan transaksional untuk kebutuhan perusahaan tersebut.
Meski sudah menjadi fullstack
programmer, beliau masih terus belajar hal-hal baru dalam dunia programming
saat ini. Contohnya saja, beliau saat ini mengambil kelas GoLang private di
Rumah Coding. Ada yang udah tau apa itu GoLang? Ya, GoLang atau Go adalah
bahasa pemrograman yang dikembangkan Google pada 2009.
Belajar Itu Cari Jaringan,
Bukan Sertifikasi
Awal beliau mengetahui Rumah Coding,
diakuinya saat itu tengah mencari training android. Beliau mengakui, banyak
sekali Lembaga yang menawarkan training programming, salah satunya Rumah
Coding. Namun, karena Rumah Coding pernah membuat pengumuman tentang workshop
GoLang, maka beliau berniat untuk mengambil kelas private GoLang.
Selain karena belum banyak yang
menyediakan training serupa, tujuan beliau dalam training bukanlah mengejar
selembar kertas bernama sertifikat, namun ingin mencari teman yang ‘setipe’
sebanyak-banyaknya. Beliau ingin membangun jaringan/mencari chanel pertemanan
dari sesame programmer sebanyak-banyaknya. Jarang sekali ya, orang-orang
seperti Pak Hendra ini, bahwa terpenting bagi beliau adalah membangun jaringan
pertemanan sesama penyuka programming.
Dalam belajar programming, beliau
memiliki motivasi yang sangat bagus. Salah satunya beliau meyakini, untuk
menjadi programmer hebat, kita butuh latihan terus-menerus dan upayakan cari
project. Karena dengan adanya project, kita jadi terpacu untuk bisa tepat waktu
dalam mengejar deadline, kita juga dituntut untuk professional dihadapan klien
kita. Adanya tekanan-tekanan seperti itu, membuat otak kita terdorong untuk
bersemangat dan bekerja dengan sebaik-baiknya. Karena menjadi programmer hebat
tak bisa hanya dengan sekedar baca materi.
Selain membagi cerita, Pak Hendra juga menyampaikan kritik dan saran bagi Rumah Coding lho, kritiknya adalah adanya pemecahan lagi dalam menentukan materi basic intermediate dan advanced. Menurut beliau materi basic sebaiknya yang benar-benar basic saja, memang nanti peserta akan dibebankan dengan biaya yang lebih banyak, tapi menurutnya itu worthed kok. Beliau juga berharap kedepannya materi training selalu diperbarui mengikuti perkembangan yang ada, karena dunia teknologi perkembangannya benar-benar sangat cepat, sehingga peminat juga pasti akan bertambah banyak.
Terima kasih atas kritik dan sarannya ya Pak, semoga dapat kami lakukan lebih baik ke depannya. Nah terakhir, beliau juga menyampaikan testimoni selama mengikuti kelas di Rumah Coding, diantaranya; materi yang diajarkan sesuai dengan silabus, tidak hitung-hitungan dengan waktu dan trainernya juga asyik. Demikian penuturan dari Pak Hendra Kurniawan, semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari apa yang beliau ceritakan ya.
Codingan ikan, bukanlah salah
satu jenis codingan terbaru, juga bukan bahasa pemrograman terbaru, ya. Pada
special guest kali ini, kami ingin memperkenalkan Bapak I Gede Sujana Eka Putra
yang memfokuskan aktivitasnya di Masyarakat Dan Perikanan Indonesia (MDPI).
Bagaimana kaitan antara codingan dan perikanan ya? MDPI bergerak di bidang apa
ya? Yuk kita simak bersama, paparan beliau.
Bermula dari Catering sampai
Manufacturing
Memiliki nama lengkap I Gede
Sujana Eka Putra, kami memanggilnya Bapak Sujana, beliau merupakan penduduk
asli Bali, saat ini berdomisili di Tuban, Bali. Beliau menyelesaikan jenjang
sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November mengambil jurusan Teknik
elektro. Ternyata beliau jauh-jauh merantau dari Bali ke Surabaya demi menuntut
ilmu, keren ya Pak Sujana. Setelah lulus beliau masih betah di perantauan lho, hingga
diterima bekerja di perusahaan yang memiliki joint venture dengan Korea.
Daripada hujan emas di negeri
orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri, senyaman apapun di Surabaya,
ternyata beliau tetap pulang juga ke kampung halaman. Sepulangnya ke Bali,
beliau bekerja selama kurang lebih 10 tahun, dan memutuskan untuk melanjutkan
studi Magister disana. Pada saat di Bali, beliau pernah bekerja di sebuah
hotel, di catering airport, dan juga pernah menjajal perusahaan manufacturing/
pengelolaan rempah-rempah di daerah Gianyar. Namun semua pekerjaan yang beliau jalani
masih dalam koridor IT software development.
Tentang MDPI
Seperti yang telah disebutkan
diatas, MDPI singkatan dari Masyarakat Dan Perikanan Indonesia, merupakan
Yayasan NGO (Non Governmental Organization) yang didirikan pada Juli 2013, memiliki
focus pada perikanan kecil dan bertanggungjawab pada pencapaian kegiatan
perikanan yang berkelanjutan untuk konservasi sumber daya perikanan dan
ekosistem Indonesia. Mendapatkan pendanaan dari USAID (United State Agency of
International Development), MDPI bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat
nelayan untuk penangkapan, pengolahan dan juga pemasaran ikan tuna.
Selain memonitor hal diatas, MDPI
juga juga memberikan pengetahuan kepada nelayan kecil agar kehidupannya dapat
lebih baik. Organisasi ini juga memiliki beberapa kualifikasi untuk nelayan
yang ingin menjadi peserta, diantaranya; nelayan hanya memiliki perahu kecil,
dan hanya menggunakan tali plastik untuk menangkap tuna. Nelayan yang menjadi
peserta, akan didampingi/ditunggu oleh relawan area saat memancing. Bila sudah
pulang memancing, hasil tangkapan akan didata, diukur dan dicatat. Pencatatan ini
berisi nama nelayan yang menangkap, nomor perahu yang digunakan, berapa berat
ikan, tanggal berapa ditangkap, dan dimana lokasi penangkapannya serta data
pendukung lainnya. Dokumentasi tersebut dibutuhkan saat ikan akan diekspor ke luar
negeri. Jangkauan area yang dipantau oleh MDPI antara lain daerah Indonesia
Timur seperti Maluku, Ambon, Buru, Serang, Morotai, dan Ternate. Sementara daerah
Sulawesi Tenggara seperti Manado, Bitung, Sangihe, Talaud dan Lombok.
Ternyata MDPI concern lebih ke
ikan tuna saja nih, teman-teman. Focusnya ke ikan tuna yellow fin (atau yang
memiliki sirip kuning), karena ikan tuna tipe blue fin (sirip biru) sudah
punah/sangat langka. Nah supaya yellow fin tetap sustain, maka dibuatlah dokumentasi
seperti yang sudah disebutkan diatas. Selain itu, ikan tuna ini juga sangat
laku dipasaran loh teman-teman, tidak hanya dalam negeri, luar negeri juga
banyak yang konsumsi, terutama di negara Amerika dan Jepang. Selain adanya
dokumentasi saat ekspor, instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) melakukan koordinasi dengan masyarakat dunia dalam menjaga
kelestarian ikan tuna, salah satunya yaitu adanya kuota maksimal yang tidak
boleh dilewati oleh setiap negara yang mengekspor tuna.
Melangkah Bersama MDPI
Sebelum Pak Sujana bergabung bersama
MDPI, organisasi ini sudah memiliki IT staff sebanyak 1 orang. Namun banyaknya
pekerjaan yang dihandle, sehingga beliau overload, dan akhirnya Pak Sujana ikut
bergabung untuk memperkuat posisi IT saat ini. Bidang IT merupakan salah satu
hal vital bagi organisasi ini, karena dokumentasi yang efektif dan efisien
sangat dibutuhkan. Ditambah lagi, dengan adanya dokumentasi berbasis teknologi,
yang diberi nama traceability, setiap ada permasalahan system, tentu tim IT
yang akan berjibaku untuk mengurai permasalahannya. Dokumentasi ini juga
dibutuhkan organisasi untuk pertemuan triwulan dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan, dalam rangka hearing terhadap data tangkapan nelayan dan kesulitan
yang ditemui nelayan selama menangkap ikan.
Bergabungnya Pak Sujana, membuat
beliau berusaha mencari jalan keluar dari masalah system dokumentasi. Beliau berpikir,
mungkin akan lebih baik bila system ini dibuat sendiri dan dikembangkan sesuai
kebutuhan organisasi, agar tidak lagi bergantung kepada vendor pembuat system. Saat
ini kendala yang ada diantaranya, relawan yang bekerja di remote area dan jauh
dari internet belum bisa input data realtime. Sehingga pencatatan dilakukan menggunakan
device Android, pada saat berada di daerah yang menjangkau internet, relawan
dapat mengirim data tersebut ke server.
Kiprah dalam Programming; Dari
Web, Menuju Mobile Application
Sebagai lulusan tahun 2000, Pak
Sujana sudah banyak kontribusinya dalam menghasilkan aplikasi programming untuk
menunjang pekerjaan tempat instansinya bekerja. Diantara aplikasi tersebut,
beliau pernah membuat aplikasi finance, inventory pergudangan, program untuk system
produksi, system pengolahan ikan (dari rawa sampai pengiriman ke customer), system
administrasi kantor seperti purchasing, fixed asset dan lainnya.
Menurut pengakuan beliau, saat
ini hanya web dan desktop saja yang beliau tahu. Untuk seseorang yang sudah
malang melintang dalam pembuatan aplikasi desktop, beliau sangat rendah hati ya
teman-teman. Nah karena merasa belum banyak pengalaman dalam android, beliau
rela berjauh-jauh dari Denpasar sampai ke Rumah Coding Depok, untuk belajar
tentang Android. Tak tanggung-tanggung, android basic dan android intermediate,
kedua kelas ini beliau ambil di Rumah Coding. Benar-benar memiliki niat yang
kuat ya, teman-teman.
Untuk hal kompetisi, Pak Sujana
dan tim tidak bisa dianggap enteng ternyata. Beliau baru saja mengikuti kompetisi
IT khusus teknologi perikanan di Bangkok, dan meraih juara II. Hebat sekali Pak!
Beliau juga menuturkan, beberapa negara turut berpartisipasi dalam ajang
tersebut, diantaranya Amerika, Jepang, India, Cina dan beberapa negara lain. Beliau
mengikuti kompetisi ini dengan tujuan untuk mengetahui teknologi terbaru bidang
perikanan saat ini. Menurutnya, kontestan dari luar negeri sudah menggunakan
Artificial Intelligence (AI), lebih canggih daripada kita.
Meskipun materi AI sudah beliau peroleh
saat studi Magister, namun kita masih jauh tertinggal, karena teman-teman luar
negeri sudah kepada pengembangan AI, tutur beliau. Beliau bertekad untuk
mengejar ketertinggalan tersebut, meski bisa belajar autodidak namun support
dari manajemen juga dibutuhkan. Sayangnya, di Bali belum ada Lembaga kursus
yang berikan training yang dibutuhkan, namun kalua perusahaan software ya
memang banyak. Menurut opini beliau, ketertinggalannya kita dari kawan-kawan
luar negeri, bukan karena kurangnya tenaga expert. Pastilah banyak tenaga
expert programming, namun kita kurang adanya komunitas/perkumpulan sebagai
sarana bertukar ide/membahas hal terkini mengenai teknologi.
Harapan yang Kelak Niscaya
Pak Sujana mengaku, memiliki
harapan yang sangat banyak dan besar. Diantaranya, bila sudah menguasai
android, ingin digunakan untuk membuat produk/solusi yang bisa digunakan oleh
nelayan dan supplier/company agar bisa melakukan dokumentasi perikanan dengan
efektif hanya dengan memaksimalkan device smartphone.
Teknologinya ini nanti, cukup
nelayan foto saja hasil tangkapannya, nanti info dan datanya akan keluar secara
otomatis, berupa QR Code. Saat supplier menerima hasil tangkapan tersebut, pun
mendapat QR Code kembali untuk dokumentasi seperti info harga, berat ikan dan
info pendukung lain. Saat penjualan, company akan mendapat QR Code juga. Sehingga
semua dokumentasi dari nelayan sampai ke company hanya komunikasi device-to-device,
tak bisa diedit/dikoreksi oleh user dan tanpa rekayasa.
Namun kesulitan saat ini, memang
masih lagu lama, yaitu soal infrastruktur dan SDM yang kurang akrab dengan
teknologi. Teknologi yang menjadi harapan beliau, kelak akan mengatasi masalah
saat ini, dimana supplier malas menginput data dengan alasan repot karena
banyaknya data yang perlu diinput. Padahal, bila semua komponen menginput data
dengan baik, kita akan mudah menghasilkan data yang lengkap dan sesuai fakta.
Bagaimana teman-teman, seru ya pengalaman dan pelajaran yang beliau bagikan saat ini? Ternyata codingan dan bidang perikanan, bisa terkait ya seperti pengalaman Bapak Sujana. Dari beliau, kita belajar bahwa kita wajib menjaga lingkungan sekitar, jangan sampai tingkah laku kita mengakibatkan punahnya hewan/tumbuhan di negeri dan bumi tercinta ini. Jangan pernah merasa hebat dengan segala capaian kita, kita perlu belajar hal-hal baru untuk mendukung apa yang kita tekuni saat ini. Simak juga video testimoni beliau pada tautan berikut ini ya https://www.youtube.com/watch?v=Aur1nDfImQ0
Pada kesempatan kali ini, Rumah
Coding kedatangan peserta dari Cianjur. Jauh-jauh dari Cianjur, beliau ingin belajar
tentang Android Basic ke Depok. Meski Cianjur dan Depok sama-sama terletak di
Provinsi Jawa Barat, namun jarak tempuh yang harus dilalui sejauh ±
91 KM. Tetapi jarak yang panjang, tak menjadi penghalang beliau dalam meraih harapannya,
yaitu ingin lebih baik lagi dalam mengajar coding kepada anak didiknya, betapa
mulia harapan beliau. Yuk kita simak penuturannya.
Lulusan Teknik Elektro
Beliau bernama Hari Notje, Pria
kelahiran tahun 75, saat ini sudah menginjak umur 44 tahun. Tinggal di Cianjur,
tak heran bila saat ini bekerja di Cianjur pula, sebagai Guru. Beliau bukanlah
tamatan sekolah keguruan/pendidikan, melainkan dari jurusan Teknik Elektro. Tahun
2002 beliau resmi menyandang gelar Sarjana Teknik dari salah satu Perguruan
Tinggi. Meski tak mengenyam sekolah keguruan, cita-cita mulia beliau untuk
menjadi seorang guru tetap terwujud.
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Sebuah ungkapan mengatakan, Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa, karena tak dipungkiri kita bisa membaca,
menulis, bekerja dan meraih pencapaian hingga saat ini tak lain dan tak bukan
karena salah satunya peran seorang guru. Maka wajib bagi kita semua untuk
menghormati guru dimanapun mereka berada. Kesuksesan seorang murid merupakan
suatu kebahagaiaan bagi gurunya, hal ini pula yang menjadi keinginan Pak Hari
untuk terus belajar agar dapat mentransfer ilmunya kepada seluruh anak didik
beliau. Kelak beliau berharap agar murid-muridnya dapat terus mengembangkan
ilmu dan keahlian agar bisa meraih kesuksesan di masa mendatang.
Beliau berprofesi sebagai guru
coding di salah satu sekolah di Cianjur. Kelas yang diajar oleh beliau beragam,
dari mulai kelas 4 SD sampai dengan kelas 9 SMP. Beliau berkisah, salah satu
materi ajarnya yaitu menggunakan aplikasi MIT APP Inventor. MIT APP Inventor
sendiri, merupakan aplikasi web bersifat open source yang dibuat oleh Google,
namun saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). MIT
APP Inventor memungkinkan pengguna untuk membuat aplikasi berbasis android,
dengan cara men-drag and drop objek visual seperti tampilan antarmuka pada
program Scratch.
Dari penjelasan diatas, dengan
MIT APP Inventor sudah bisa membuat aplikasi android. Wah kebayang ya,
anak-anak didikan Pak Heri di sekolah pasti sudah jago nih menggunakan aplikasi
tersebut, hebat ya. Motivasi beliau dalam mengikuti kelas Android Basic sangat
sederhana nan mulia, yaitu ingin bisa mengajar lebih baik lagi bagi anak didiknya.
Semoga keinginannya tercapai ya Pak, dan semoga anak didik Bapak, bisa
mencontoh keteladanan Bapak kelak.
Siapa disini yang tahu tentang PHP
CodeIgniter? Ya betul, CodeIgniter/CI merupakan aplikasi jaringan web yang bisa
digunakan untuk membuat web yang dinamis dan sifatnya open-source lho. Inilah
mengapa programmer web umumnya menggunakan CI dalam membangun sebuah web. Masih
banyak lagi kelebihan CI lainnya, yaitu ringan dan cepat, dokumentasinya
lengkap disertai implementasi kode. Bahkan pembuat PHP (Rasmus Lerdorf) menyukai
CI, menurutnya CI lebih cepat, lebih ringan, dan tidak tampak seperti
framework.
Mengapa CI
Bila pembuat PHP saja menyukai
CI, maka tidak heran bila developer/programmer juga menggemarinya, salah satunya
special guest kita kali ini, bernama Mba Nurmalis. Programmer wanita asal
Bekasi ini, memilih untuk mempelajari PHP CI. Mengapa demikian? Karena Mba Nur
sebagai lulusan TI tahun 1991, beliau tentu saja belum mengetahui CI saat
berkuliah dulu. Hal ini karena CI pertama kali dikembangkan oleh Rick Ellis
pada tahun 2006. Jeda waktu yang cukup jauh ya ternyata, namun ini bukan
menjadi halangan bagi Mba Nur untuk mempelajari CI. Saat ini, beliau bekerja
sebagai staff IT di perusahaan Am Badar & Partners. Motivasi beliau dalam
mempelajari CI, tentunya ingin menambah wawasan dan pengetahuan tentang PHP CI.
Harapannya kedepan dalam pembuatan dan maintenance website dapat dengan mudah
dilakukan dengan framework CI.
Apa yang terpikir di benak kita,
bila disebut Rembang? Ya, terdapat makam pahlawan saat masa pergerakan
emansipasi wanita kala itu, R.A Kartini. Tetapi saat ini, kita tidak akan
membahas keunikan Rembang lho. Kita akan berkenalan dengan Kak Irwan
yang merupakan kelahiran Rembang. Meski asli Rembang, Kak Irwan ternyata
berdomisili di Tuban saat ini. Bagaimana ceritanya bisa sampai ke Rumah Coding
Depok yah? Yuk kita simak kisahnya.
Lahir di Rembang, Menuntut Ilmu di Tuban
Meski Kak Irwan asli Rembang,
namun pendidikan sarjananya ia tempuh di salah satu Universitas terkemuka di
Tuban. Ternyata Kak Irwan ini satu kampus loh, dengan Pak Heri Purwanto, dan
jurusan yang diambil pun sama-sama Teknik Informatika. Gelar sarjana yang diraih
pada tahun 2013, merupakan bekalnya untuk melanglang buana mencari pekerjaan di
perantauan. Kerja kerasnya membuahkan hasil, saat ini Kak Irwan menempati
posisi sebagai staff TI di RSUD dr. R Koesma Kabupaten Tuban. Ternyata Kak
Irwan dan Pak Heri Purwanto bekerja pada instansi dan bidang yang sama,
beruntung ya.
Pilihan; Berkembang atau Tergerus Zaman
Meski berkuliah pada juruan
Teknik Informatika, tidak serta merta membuat Kak Irwan mengetahui segala hal terbaru
dalam dunia TI. Terbatasnya waktu perkuliahan, juga berdampak pada materi
pembelajaran yang didapatkan, namun sebagai mahasiswa memang dituntut untuk
mencari pembelajaran dari sumber mana saja. Diakui, memang materi yang didapat
saat berkuliah terbatas pada teknologi saat itu saja, padahal teknologi TI
berkembang pesat hingga saat ini. Untuk mengisi gap tersebut, solusi saat ini dengan
pembelajaran autodidak maupun mengikuti training.
Bekerja sebagai staf TI menuntut Kak
Irwan untuk bisa mengatasi kebutuhan dan tantangan yang ada pada bidangnya. Misalnya
saja saat ini, instansi tempat beliau bekerja, ingin berinovasi dalam memberikan
pelayanan kesehatan, dengan pembuatan aplikasi berbasis android. Kedepannya,
instansi ingin pelayanan kesehatan sudah berbasis aplikasi online.
Namun, karena Kak Irwan belum memiliki bekal Android, dan memang tidak mendapatkannya saat kuliah, Ia berinisiatif mencari training Android Development. Berbekal informasi dari web, Kak Irwan mendaftar Android Basic Semarang di Rumah Coding pada beberapa waktu lalu, dan melanjutkan Android Intermediate di Rumah Coding Depok saat ini. Prinsip Kak Irwan yang memilih untuk terus berkembang seiring kemajuan zaman perlu kita contoh ya. Bila kita tidak terbuka pada perkembangan teknologi dan memilih untuk close minded, yakinlah kita tidak akan mampu bertahan dan bersaing. Demikian kisah Kak Irwan yang ingin terus berkembang untuk meningkatkan kualitas skillnya. Semoga dapat segera mewujudkan aplikasi layanan kesehatan berbasis androidnya ya Kak, sukses selalu. Mau lihat video testimoni dari Kak Irwan? Teman-teman bisa langsung klik link berikut ya https://www.youtube.com/watch?v=cJi_fNkVAX8
Mungkin sebagian
kita pernah mendengar ungkapan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Artinya memang
tidak peduli berapapun jauhnya, kejarlah ilmu itu sampai kita mendapatkannya. Pada
kesempatan kali ini, Bapak Heri Purwanto akan berbagi cerita dan pengalamannya
dalam menimba ilmu membuat aplikasi android di Rumah Coding.
Jauh-jauh datang dari Tuban
Bapak Heri
Purwanto, merupakan salah satu peserta Android Intermediate Batch #41 di Depok.
Saat ini Pak Heri tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur. Sebagai penduduk
asli Tuban, Pak Heri, lahir dan besar di Tuban, maka kuliahnya pun Ia
selesaikan di Tuban. Selesai menamatkan pendidikan sarjana di salah satu kampus
di Tuban tahun 2013, membuatnya mantap untuk mencari pekerjaan. Meski sempat bekerja
pada bidang non IT, tak berkecil hati, beliau mencoba peruntungannya di tempat
lain. Sampai akhirnya saat ini beliau merupakan staff IT di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Koesma Tuban.
Tuntutan zaman
Sebagai staff IT
di sebuah instansi, tentunya kebutuhan instansi seiring dengan perkembangan
zaman. Bila dulu pendaftaran pasien di fasilitas layanan kesehatan masih menggunakan
kertas, sekarang beberapa instansi sudah mulai menerapkan pendaftaran online. Tak
dipungkiri aplikasi layanan kesehatan online (dari mulai pendaftaran sampai penebusan
resep obat) telah meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Oleh karenanya,
banyak instansi layanan kesehatan yang ingin menerapkan aplikasi tersebut,
salah satunya RSUD tempat beliau bekerja. Tingginya biaya pembuatan aplikasi,
dan sulitnya maintenance bila membeli aplikasi dari pihak ketiga tanpa ada yang
memahaminya, membuat Pak Heri berinisiatif untuk mempelajari pembuatan aplikasi
mobile programming.
Menjatuhkan
pilihan
Berbekal pencarian
training mobile programming, Pak Heri akhirnya mengajukan kepada instansi
tempatnya bekerja, untuk mengikuti kelas Android Basic Semarang yang diadakan
Rumah Coding pada Januari lalu. Untuk menuntaskan materi android, beliau
akhirnya mengambil kelas Android Intermediate Depok pada saat ini. Saat ditanya
mengapa memilih Rumah Coding, beliau menjelaskan bahwa kelas-kelas di Rumah
Coding harganya affordable dan silabusnya sesuai dengan kebutuhan. Setelah
mengikuti Android Development (Basic dan Intermediate), harapannya beliau
beserta tim dapat membangun aplikasi sesuai kebutuhan instansi saat ini.
Semoga aplikasinya
bisa segera launch ya Pak, sukses selalu. Semangat Pak Heri dalam menuntut ilmu
patut ditiru oleh kita semua. Jarak yang jauh tak menyurutkan langkah beliau
untuk terus menimba ilmu dan mewujudkan harapannya. Yuk, mulai sekarang nyalakan
terus semangat kita baik dalam bekerja, belajar maupun berusaha, agar segala
impian kita bisa tercapai.
Bagi yang sudah
lulus kuliah, tujuannya tak lain dan tak bukan adalah mencari pekerjaan. Bahkan,
yang masih kuliah-pun tak jarang malah enggan meneruskan, bila sudah merasakan
‘manisnya’ mencari uang. Tapi tidak berlaku bagi Aulia Sandy Nurfatih, dara
yang akrab dipanggil Aulia ini, menempuh jalan yang berbeda. Meski sudah mengantongi
ijazah sarjana, pada tahun 2018, Ia masih merasa perlu membekali dirinya dengan
skill lain, yaitu programming. Dunia pasca kampus, Ia mulai dengan bekerja pada
bagian marketing/partnership. Namun karena ingin lebih serius dalam memasuki
dunia programming, Ia memutuskan resign dan mulai dengan membaca serta
mengikuti kelas programming.
Kenapa Tertarik Programmming?
Saat ini teknologi sudah makin canggih dan perkembangannya juga sangat cepat, tentu akan menjadi nilai plus bagi individu yang memiliki skill tambahan berupa programming. Sejalan dengan berkembangnya industry era 4.0, dunia programming menjadi hal yang sangat seksi saat ini. Untuk memulai petualangannya di dunia programming, Aulia memutuskan mengambil kelas Web Design di Rumah Coding. Ia sangat memahami, tidak ada cara instan jika kita ingin mempelajari hal baru.
Untuk bisa
menjadi developer web, ia perlu mempelajari dasar-dasar pemrograman web yang
diawali dengan HTML dan CSS. Ia meyakini bahwa dasar-dasar pemrograman merupakan
pondasi, dimana logika memainkan peranan penting dalam membuat kode. Materi-materi
tersebut ia dapatkan dalam kelas Web Design yang diikutinya saat ini.
Fenomena Beda Jurusan
Sebenarnya,
Aulia bukanlah peserta pertama yang mempelajari programming dari jurusan non TI
(Teknik Informatika). Beberapa peserta sebelumnya, ada yang berprofesi sebagai
fotografer, dokter, bahkan ada yang berlatar pendidikan magister manajemen. Tentu
alasan tiap orang berbeda-beda dalam mempelajari programming. Ada yang
berencana membuat aplikasi untuk bisnisnya, ada yang penasaran ingin mencoba membuat
aplikasi, bahkan ada yang memang ingin mulai meniti karir menjadi programmer. Banyaknya
peserta yang berasal dari jurusan berbeda, menunjukkan bahwa programming menjadi
suatu skill yang memang diminati bahkan oleh orang-orang non TI.
Support Sang Ayah
Air cucuran
jatuhnya ke pelimbahan juga, dibalik tingginya minat belajar Aulia, terdapat
seorang ayah yang memberikan full support untuk putrinya dalam memulai
perjalanannya di dunia programming. Bermula dari perhatian sang Ayah terkait tingginya
persaingan dalam industri kerja, sehingga patutlah bagi individu untuk bisa
menguasai tak hanya satu skill saja. Oleh karena tingginya minat masyarakat
tentang programming, yang bisa dilihat dari makin mudahnya orang dalam melakukan
pekerjaan hanya dalam genggaman tangan, missal pesan makanan cukup dengan klik
melalui aplikasi ojek online, pesan peralatan elektronik maupun Rumah tangga
hanya dengan klik melalui aplikasi toko online, dan banyak aplikasi-aplikasi
lainnya yang diciptakan untuk semakin memudahkan manusia. Berangkat dari hal
tersebut, sang Ayah yang juga programmer, mencarikan dan mendaftarkan putrinya
untuk mengikuti kelas programming. Selain mengambil kelas web design di Rumah
Coding, Aulia juga membuktikan keseriusannya dengan mengikuti program bootcamp
fullstack web developer pada bulan mendatang.
Kehadiran Aulia,
pada kelas Web Design di Rumah Coding, tak lepas dari peran sang Ayah. Selama
mengikuti kelas, Ia merasa enjoy karena delivery materi dari pengajar berjalan
dengan baik. Ia memang lebih memilih kelas offline, dibanding online karena saat
ada error/masalah di kelas bisa langsung ditanggapi dan ditemukan solusinya. Ia
pun memberikan saran kepada Rumah Coding agar kelak mungkin durasi belajar bisa
ditambah supaya semakin longgar waktunya untuk eksplorasi kemampuan peserta.
Terima kasih Aulia, sudah berbagi cerita dan menyumbangkan saran kepada Rumah Coding, semoga apa yang diharapkan bisa segera tercapai ya. Kalian juga bisa lho melihat testimoni Aulia pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=rP35iyV6hJ0. Nah buat kalian yang penasaran dan pengen tahu kelas Web Design di Rumah Coding seperti apa, bisa klik link disini juga yah. Sampai jumpa di special guest berikutnya ya.
Lahir di Kalimantan Selatan pada 15 Februari 1983, saat ini beliau tinggal di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Menempuh pendidikan Sarjana pada Program Studi Teknik Informatika pada tahun 2001, di Kota Pendidikan Yogyakarta. Latar belakang Pendidikan tersebut menjadi pijakan beliau dalam berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instasi milik Pemerintah, yang bernama Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Sub Bidang Data dan Informasi. Salah satu produk yang dihasilkan pada Subid Data dan Informasi adalah Sistem Informasi Kepegawaian. Bekerja pada bagian tersebut ditambah lagi dengan semakin banyaknya teknologi terbaru dalam hal Web Development, membuat Pak Nicko merasa perlu upgrade keilmuannya, agar dapat terus mengoptimalkan Sistem Informasi Kepegawaian yang dibuat bersama timnya.
Selama 18 tahun berkecimpung di dunia programming, beliau tidak absen dari kompetisi IT, produk website yang diunggulkan beliau dalam perlombaan, meski kompetisinya sudah beberapa tahun berlalu. Fokus beliau pada ranah Web Development, mengantarkannya pada kelas PHP Laravel Batch #32 di Rumah Coding. Berawal dari pencariannya terhadap Best PHP Framework di Google, beliau menjatuhkan pilihannya untuk menekuni PHP Laravel. Saat ini, produk web yang digandrungi korporat/instansi besar memang merujuk ke PHP Laravel. Berbekal informasi yang didapat, beliau mendapatkan persetujuan dari instansi tempatnya bekerja untuk bisa mendalami PHP Laravel di Rumah Coding.
Sebagai penduduk asli Banjarbaru yang lahir pada 20 Juni 2019, saat ini beliau berdomisili di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Beliau menamatkan pendidikan Sarjana pada Program Studi Teknik Informatika tahun 2010. Latar belakang Pendidikan tersebut menjadi batu loncatan beliau dalam berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instansi milik Pemerintah, yang bernama Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Bidang Perencanaan. Meskipun tidak berhubungan langsung dengan programming atau coding, bidang tersebut menuntut Pak Roli untuk turut berjibaku dengan aplikasi-aplikasi dalam bidang perencanaan.
Beliau memasuki dunia programming sekitar tahun 2007, melalui jalur prestasi, jalur yang sangat didambakan oleh Siswa/i yang ingin melanjutkan kuliah ke bangku Universitas. Tak kenal maka tak sayang, peribahasa tersebut tampaknya cukup menggambarkan bagaimana Pak Roli bisa sampai berjodoh dengan jurusan Teknik Informatika. Meskipun sempat melirik Jurusan Teknik Elektro dalam jurusan yang dipilih saat jalur prestasi, bukanlah suatu hal sulit bagi beliau untuk bisa menekuni Teknik Informatika. Jika selama kuliah sudah mulai menyenangi TI, namun perjalanan beliau tidaklah selalu mulus. Selepas kuliah sempat mendapatkan posisi yang belum sesuai dengan background pendidikan Teknik Informatika, beliau berkisah saat lulus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil penempatan pada Badan Koordinasi Penyuluhan yg dimanan tupoksi kerja nya tidak berhubungan langsung dengan latar belakang pendidikan karena harus menggeluti pada ketenagaan pertanian dan kelembagaanya. Untuk menangani kepegawaian ketenagaan di penyuluh pertanian. Tetapi hal tersebut bukanlah halangan beliau untuk terus belajar dan mengupgrade diri dengan teknologi-teknologi yang terbaru. Seperti saat ini, salah satu motivasi beliau dalam mengikuti kelas PHP Code Igniter di Rumah Coding, karena ingin terus memperkaya khazanah keilmuan Teknik Informatika. Seperti kita tahu, bahwa produk teknologi digital semakin hari semakin banyak versi terbaru dan terbaiknya, bila kita tidak membekali diri, bukan tidak mungkin kita akan tergerus zaman. Cek testimoni Pak Roli untuk Rumah Coding pada link berikut ya https://www.youtube.com/watch?v=yA2QyKKXe7Q